Minggu, 14 November 2010

PADUAN PENGELOLAAN DANA BOS

Petunjuk Pelaksanaan dana BOS 2009
(Bimbingan Teknis Penatakelolaan / Pertanggungjawaban Dana BOS TA.2008, Untuk Kepala Sekolah/ Bendahara BOS di SD/SDLB dan SMP/SMPLB/SMP Terbuka)

Latar Belakang Program BOS
Program BOS sejak Juli 2005, telah berperan besar dalam percepatan pencapaian Wajar Dikdas 9 tahun.
Salah satu indikasinya : APK tingkat SMP pada tahun 2008 telah mencapai 96,18 %, atau bisa dikatakan Wajar Dikdas telah TUNTAS sesuai target waktunya.
Peningkatan Biaya Satuan BOS yang cukup signifikan di tahun 2009, adalah salah satu Bukti Komitmen Pemerintah dalam menyelenggarakan Amanat UUD tentang 20% anggaran untuk pendidikan.
Komitmen ini juga HARUS DIIKUTI peningkatan Komitmen Pemda & peran serta Masyarakat dalam pengawasan Program dan Pendanaannya.

Tujuan Program BOS
Secara umum
- program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu.
Tujuan BOS
Menggratiskan seluruh siswa miskin di tingkat pendidikan dasar dari beban biaya operasi sekolah, baik di sekolah negeri maupun sekolah swasta
Menggratiskan seluruh siswa SD negeri dan SMP negeri terhadap biaya operasi sekolah, kecuali pada sekolah bertaraf internasional (SBI) dan rintisan sekolah bertaraf Internasional (RSBI)
Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta

Sasaran Program BOS
- Sasaran program BOS adalah semua sekolah setingkat SD dan SMP (termasuk SMPT), baik negeri maupun swasta di seluruh propinsi di Indonesia.
- Program Kejar Paket A dan Paket B tidak termasuk sasaran dari program BOS ini.
Biaya Satuan BOS sejak tahun 2009
SD/SDLB di kota : Rp 400.000,-/siswa/tahun.
SD/SDLB di kab : Rp 397.000,-/siswa/tahun.
SMP/SMPLB/SMPT di kota: Rp 575.000,-siswa/tahun
SMP/SMPLB/SMPT di kab : Rp 570.000,-/siswa/tahun.
Biaya satuan ini sudah termasuk untuk BOS Buku

Jenis Biaya Pendidikan
Biaya Satuan Pendidikan: biaya penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan
Biaya Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan: biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau penyelenggara/satuan pendidikan yang didirikan masyarakat
Biaya Pribadi Peserta Didik: biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

Biaya Satuan Pendidikan
Terdiri dari:
biaya investasi adalah biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sdm, dan modal kerja tetap.
biaya operasi, terdiri dari biaya personalia dan biaya nonpersonalia.
bantuan biaya pendidikan yaitu dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya
beasiswa adalah bantuan dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang berprestasi.

Biaya Personalia dan Nonpersonalia
biaya personalia terdiri dari gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan-tunjangan yang melekat pada gaji.
biaya nonpersonalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dll.



Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar pelaksana program wajib belajar. Namun demikian dana BOS dimungkinkan untuk membiayai beberapa kegiatan lain yang tergolong dalam biaya personalia dan biaya investasi.

Kebijakan BOS Tahun 2009
Biaya satuan BOS, termasuk BOS Buku, per siswa/tahun mulai Januari 2009 naik secara signifikan menjadi: SD di kota Rp400 ribu, SD di kabupaten Rp397 ribu, SMP di kota Rp575 ribu, dan SMP di kabupaten Rp570 ribu.
Dengan kenaikan kesejahteraan guru PNS dan kenaikan BOS sejak Januari 2009, semua SD dan SMP negeri HARUS membebaskan siswa dari biaya operasional sekolah, kecuali RSBI dan SBI.
Pemda wajib mengendalikan pungutan biaya operasional di SD dan SMP swasta sehingga siswa miskin bebas dari pungutan tersebut dan tidak ada pungutan berlebihan kepada siswa mampu.
Pemda wajib menyosialisasikan dan melaksanakan kebijakan BOS tahun 2009 serta memberi sanksi pihak yang melanggarnya.
Pemda wajib memenuhi kekurangan biaya operasional dari APBD bila BOS dari Depdiknas belum mencukupi.

Kewajiban Sekolah(SD/SDLB/SMP)
• Semua sekolah SD/SDLB/SMP negeri wajib menerima dana BOS. Bila sekolah tersebut menolak BOS maka sekolah dilarang memungut biaya dari peserta didik, orang tua atau wali peserta didik
• Semua sekolah swasta yang telah memiliki ijin operasional yang tidak dikembangkan menjadi bertaraf internasional atau berbasis keunggulan lokal wajib menerima dana BOS.
• Bagi sekolah yang menolak BOS harus melalui persetujuan dengan orang tua siswa dan komite sekolah dan tetap menjamin kelangsungan pendidikan siswa miskin di sekolah tersebut.
• Seluruh sekolah yang menerima BOS harus mengikuti pedoman BOS yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
• Sekolah negeri kategori RSBI dan SBI boleh memungut dana dari ortu siswa yang mampu dengan persetujuan Komite Sekolah.

BOS dan Wajar 9 Tahun Yang Bermutu
BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan akses dan mutu pendidikan dasar 9 tahun.
Melalui BOS tidak boleh ada siswa miskin putus sekolah karena tidak mampu membayar iuran/pungutan yang dilakukan oleh sekolah.
Anak lulusan sekolah setingkat SD, harus diupayakan kelangsungan pendidikannya ke sekolah setingkat SMP. Tidak boleh ada tamatan SD/setara tidak dapat melanjutkan ke SMP/setara dengan alasan mahalnya biaya masuk sekolah.
Kepala sekolah mencari dan mengajak siswa SD/setara yang akan lulus dan berpotensi tidak melanjutkan sekolah untuk ditampung di SMP/setara. Demikian juga bila teridentifikasi anak putus sekolah yang masih berminat melanjutkan agar diajak kembali ke bangku sekolah.
BOS tidak menghalangi peserta didik, orang tua, atau walinya memberikan sumbangan sukarela yang tidak mengikat kepada sekolah

BOS dan Manajemen Berbasis Sekolah
Sekolah mengelola dana secara profesional, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan
BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan pemberdayaan sekolah dalam rangka peningkatan akses, mutu dan manajemen sekolah.

Tanggung Jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah
 Pemerintah dan Pemda bertanggung jawab thd pendanaan biaya investasi dan biaya operasi satuan pendidikan bagi sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah/pemda sampai terpenuhinya Standar Pendidikan Nasional.
 Sekolah yang diselenggarakan pemerintah/pemda menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal, selain dari pemerintah dan pemda, pendanaan tambahan dapat juga bersumber dari masyarakat, bantuan pihak asing yang tidak mengikat, dan/atau sumber lain yang sah.
 Pemerintah dan pemda dapat membantu pendanaan biaya nonpersonalia sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat.

Tugas & Tanggung Jawab SEKOLAH
• Melakukan verifikasi jumlah dana diterima dgn Data Siswa yang ada.
• Bila berlebih, HARUS dikembalikan ke Rek. Tim Manajemen BOS Prov, & beritahu Tim Manajemen Kab.
• Identifikasi siswa miskin di sekolah SBI, RSBI, swasta.
• Mengelola dana BOS secara bertanggungjawab, transparan.
Mengumumkan di PAPAN PENGUMUMAN sekolah tentang :
1. daftar komponen yang boleh/tidak dibiayai BOS dan penggunaannya.
2. Besaran dana diterima/dikelola sekolah & Rencana Penggunaan dana BOS (BOS – 11A & BOS K-1) setiap 3 bulan sekali, di TTD oleh kepsek, bend, Ketua Komite.
3. Mengumumkan Lap.bulanan pengeluaran BOS, & barang-barang yg dibeli Sekolah (form BOS-11B, dan BOS K-2) setiap 3 bln. Di TTD Kepsek, Bendahara, Ketua Komite.
- Bertanggungjawab atas penyimpangan di sekolah.
- Melaporkan penggunaan dana BOS kepada Tim Manaj. Kab
- MEMASANG SPANDUK di sekolah terkait Kebijakan sekolah Gratis (form BOS-14.
- Menggunakan dana BOS sesuai Kebutuhan Sekolah dalam (Rencana Kegiatan & Anggaran Sekolah )=RKAS atau RAPBS.
- Penyaluran dana BOS dilakukan BERTAHAP (3 bln), & dana TIDAK HARUS dihabiskan dalam periode tsb.

Tanggung Jawab Orang Tua Peserta Didik
• Biaya pribadi peserta didik, misalnya uang saku/uang jajan, buku tulis dan alat-alat tulis, dll.
• Pendanaan sebagian biaya investasi pendidikan dan/atau sebagian biaya operasi pendidikan tambahan yang diperlukan untuk pengembangan sekolah menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal.
Penggunaan Dana BOS
Kesepakatan dan keputusan bersama antara Kepala Sekolah, Dewan guru dan Komite Sekolah. Dan harus didaftar sebagai salah satu sumber penerimaan dalam RAPBS/RKAS selain sumber dana yang diperoleh dari Pemda atau sumber lainnya yang sah.
Sebagian dana BOS harus untuk membeli buku yang hak ciptanya telah dibeli oleh pemerintah sebanyak jumlah siswa. Harga buku harus mengikuti harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh Depdiknas.
 SD: buku IPS (kelas 4, 5 dan 6) dan PKN (kelas 1 s/d 6)
 SMP: buku PKN (kelas 7 s/d 9) dan IPA (kelas 7 s/d 9)
Pembelian dapat dilakukan bertahap, akan tetapi harus terpenuhi seluruhnya sebelum tahun ajaran baru.
1. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru: biaya pendaftaran, penggandaan formulir, administrasi pendaftaran, dan pendaftaran ulang, serta kegiatan lain yang berkaitan langsung dengan kegiatan tersebut (misalnya untuk fotocopy, konsumsi panitia, dan uang lembur dalam rangka penerimaan siswa baru)
2. Pembelian buku referensi untuk dikoleksi di perpustakaan sekolah
3. Pembiayaan kegiatan pembelajaran remedial, pembelajaran pengayaan, olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah remaja dan sejenisnya (misalnya untuk honor jam mengajar tambahan diluar jam pelajaran, biaya transportasi dan akomodasi siswa/guru dalam rangka mengikuti lomba)
4. Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah dan laporan hasil belajar siswa (misalnya untuk fotocopi, honor koreksi ujian dan honor guru dalam rangka penyusunan rapor siswa)
5. Pembelian bahan-bahan habis pakai: buku tulis, kapur tulis, pensil, spidol, kertas, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris, langganan koran/majalah pendidikan, minuman dan makanan ringan untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah.
6. Pembiayaan langganan daya dan jasa: listrik, air, telepon, termasuk untuk pemasangan baru jika sudah ada jaringan di sekitar sekolah. Khusus di sekolah yang tidak ada jaringan listrik, dan jika sekolah tersebut memerlukan listrik untuk proses belajar mengajar di sekolah, maka diperkenankan untuk membeli Genzet.
7. Pembiayaan perawatan sekolah: pengecatan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan jendela, perbaikan meubelair, perbaikan sanitasi sekolah dan perawatan fasilitas sekolah lainnya.
8. Pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan tenaga kependidikan honorer. (Untuk SD : diperbolehkan untuk membayar honor tenaga yang membantu administrasi BOS).
9. Pengembangan profesi guru: pelatihan, KKG/MGMP dan KKKS/MKKS.
10. Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang menghadapi masalah biaya transport dari dan ke sekolah. Jika dinilai lebih ekonomis, dapat juga untuk membeli alat transportasi sederhana yang akan menjadi barang inventaris sekolah (misal : sepeda, perahu penyeberangan, dll)
11. Pembiayaan pengelolaan BOS: alat tulis kantor (ATK), penggandaan, surat menyurat, insentif bagi satu orang penyusun laporan BOS dan biaya transportasi dalam rangka mengambil dana BOS di Bank/PT Pos.
12. Pembelian Personal Computer (PC) untuk kegiatan belajar siswa: maksimum 1 set untuk SD dan 2 set untuk SMP dalam satu tahun anggaran,
13. Bila seluruh komponen 1 s.d 12 di atas telah terpenuhi pendanaannya dari BOS dan masih terdapat sisa dana, maka sisa dana BOS tersebut dapat digunakan untuk membeli alat peraga, media pembelajaran, mesin ketik dan mebeler sekolah.

Tim Manajemen BOS Pusat
Penanggung jawab Umum
 Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Penanggung jawab BOS SD/SDLB
 Direktur Pembinaan TK/SD.
Penanggung jawab BOS SMP/SMPLB/SMPT
 Direktur Pembinaan SMP
Tim Manajemen BOS Pusat
(Lanjutan...)
Tim Pelaksana BOS SD/SDLB
1. Ketua Tim/Pejabat Pembuat Komitmen
2. Sekretaris
3. Seksi Dana/Bendahara Pengeluaran Pembantu
4. Seksi Data
5. Seksi Monitoring & Evaluasi dan Penyelesaian Masalah
6. Seksi Publikasi/Humas
  Tim Pelaksana BOS SMP/SMPLB
1. Ketua Tim/Pejabat Pembuat Komitmen
2. Sekretaris
3. Seksi Dana/Bendahara Pengeluaran Pembantu
4. Seksi Data
5. Seksi Monitoring & Evaluasi dan Penyelesaian Masalah
6. Seksi Publikasi/Humas
Catatan: Tim Pengarah dan Tim Manajemen BOS Tingkat Pusat di SK kan oleh Menteri Pendidikan Nasional
Tim Manajemen BOS Propinsi
  Penanggungjawab
 
  Kepala Dinas Pendidikan Propinsi

  Tim Pelaksana BOS
  1. Ketua Tim
  2. Sekretaris
  3. Bendahara/Bendahara Pengeluaran Pembantu
  4. Unit Pendataan SD/SDLB
  5. Unit Pendataan SMP/SMPLB/SMPT
  6. Unit Monev SD/SDLB
  7. Unit Monev SMP/SMPLB/SMPT
  8. Unit Pengaduan dan Penyelesaian Masalah
Catatan: Tim Manajemen BOS Tingkat Propinsi di SK kan oleh Kepala Dinas Pendidikan Propinsi
Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota
  Penanggungjawab
  Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
  Tim Pelaksana
1. Manajer
2. Seksi Pendataan
3. Seksi Monev dan Penyelesaian Masalah
4. Seksi Publikasi/Humas
Catatan: Tim Manajemen BOS Tingkat Kabupaten/Kota di SK kan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
Tim Manajemen BOS Sekolah
Penanggungjawab: Kepala Sekolah.
Anggota: Bendahara dan satu orang tua siswa selain ketua/anggota komite sekolah
Pembelian/Pengadaan Buku Teks Pelajaran Tahun 2009
 SD:
1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk kelas 4, 5 dan 6 dan
2. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) untuk kelas 1 s/d 6.
SMP:
1. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas 7 s/d 9
2. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) kelas 7 s/d 9.
Pengadaan Buku Teks Pelajaran
1. Membeli buku teks pelajaran yang hak ciptanya telah dibeli oleh pemerintah/Departemen Pendidikan Nasional (BSE).
2. Buku teks pelajaran yang dibeli harus buku baru (bukan buku bekas).
3. Buku teks pelajaran digunakan sebagai acuan wajib oleh pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Pengadaan Buku Teks Pelajaran (lanjutan….)
4. Buku teks pelajaran yang sudah dibeli merupakan koleksi perpustakaan dan menjadi barang inventaris sekolah, harus dipinjamkan secara cuma-cuma kepada siswa dan boleh dibawa pulang.
5. Di akhir tahun pelajaran/semester, siswa harus mengembalikan buku teks pelajaran yang dipinjam agar dapat dipakai oleh adik kelasnya.
6. Dilarang memungut biaya kepada orang tua siswa dalam rangka pembelian dan perawatan buku teks pelajaran yang sudah dibiayai oleh dana BOS.
Pengadaan Buku Teks Pelajaran (lanjutan…)
Pemilihan Buku
Buku yang dibeli/digandakan adalah buku teks pelajaran yang hak ciptanya telah dibeli oleh pemerintah (BSE).
Pemilihan dan penetapan judul buku teks pelajaran harus mengikuti Peraturan Mendiknas No. 2 Tahun 2008 Tentang Buku.
Buku yang dibeli/digandakan harus mencakup satu siswa satu buku.
Pemilihan buku yang dibeli/digandakan didasarkan pada hasil rapat pendidik di tingkat satuan pendidikan dari buku-buku teks pelajaran yang hak ciptanya telah dibeli oleh pemerintah.
Pengadaan Buku Teks Pelajaran
Jenis buku yang dibeli/digandakan untuk sekolah setingkat SD: (IPS) untuk kelas 4, 5 dan 6 dan PKn untuk kelas 1 s/d 6.
Jenis buku yang dibeli/digandakan untuk sekolah setingkat SMP: adalah IPA kelas 7 s/d 9 dan PKn kelas 7 s/d 9.
Khusus untuk sekolah luar biasa (SDLB/SMPLB), buku yang dibeli/digandakan dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan siswa, dengan tetap memperhatikan mutu buku
Jika sebagian buku telah tersedia di sekolah, maka sekolah harus membeli kekurangannya dan dapat membeli buku untuk mengganti yang telah rusak.
Pengadaan Buku Teks Pelajaran

Mekanisme Pembelian Buku Oleh Sekolah
Hasil penetapan judul buku yang akan dibeli dan mekanisme pembeliannya harus dituangkan secara tertulis dalam bentuk berita acara rapat yang dilampirkan tandatangan seluruh peserta rapat yang hadir
Buku dapat dibeli oleh sekolah langsung ke distributor buku atau pengecer buku. Pemilihan toko buku/distributor harus mengacu pada prinsip harga paling ekonomis, ketersediaan buku dan kecepatan pengiriman buku sampai ke sekolah.
Harga buku harus mengikuti Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Harga Eceran Tertinggi
Pengadaan Buku Teks Pelajaran
Buku harus telah dibeli oleh sekolah sebelum pelajaran dalam suatu semester dimulai
Segala jenis bukti pembelian dan tanda terima pengiriman (jika ada) harus disimpan oleh sekolah sebagai bahan bukti dan bahan laporan.
Jika terdapat buku dengan judul dan pengarang yang sama, tetapi digandakan oleh lebih dari satu penerbit/percetakan (pihak lain yang menggandakan) dengan kualitas yang telah memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan, maka sekolah harus memilih buku dengan harga yang paling ekonomis.
Pengadaan Buku Teks Pelajaran
Gubernur/Bupati/Walikota mengirim surat kepada Menteri Pendidikan Nasional yang berisikan permohonan ijin untuk diperbolehkan melakukan pengadan buku dari dana BOS Buku.
Jika Mendiknas menyetujui permohonan tersebut, maka Tim Manajemen BOS Provinsi/Kabupaten/Kota selanjutnya dapat melakukan pengadaan buku untuk sekolah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Pengadaan Buku Teks Pelajaran
Buku yang diadakan untuk sekolah harus didasarkan kebutuhan setiap sekolah
Proses pengadaan harus mengikuti peraturan yang berlaku: Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 dan peraturan lain yang berlaku dan relevan dengan proses pengadaan.
Buku harus diterima oleh sekolah sesuai kebutuhan yang diajukan oleh sekolah dan waktu yang tepat.
Mekanisme pengelolaan dana BOS Buku dan proses pengadaan buku untuk sekolah serta bila terjadi temuan penyimpangan menjadi tanggungjawab Pemda.

BATASAN PENGGUNAAN
DANA BOS
Dana BOS tidak boleh digunakan untuk :
Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan.
Dipinjamkan kepada pihak lain.
Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas sekolah dan memerlukan biaya besar, misalnya studi banding, studi tour (karya wisata) dan sejenisnya.
Membayar bonus transportasi, atau pakaian yang tidak berkaitan dengan kepentingan murid.
Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat.
Membangun gedung/ ruangan baru.
BATASAN PENGGUNAAN
DANA BOS
Membeli bahan/ peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran
Menanamkan saham.
Membiayai segala jenis kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana pemerintah pusat atau Pemda secara penuh dan wajar, misalnya guru kontrak/ guru Bantu.
Pengadaan Barang/jasa di sekolah
1. Prinsip keterbukaan & ekonomis saat penentuan barang serta tempat pembelian(penjual).
2. Jika harga barang > Rp.5 juta, sekolah membandingkan 2 atau lebih toko/penyedia barang jasa (format BOS-13).
3. Proses pembelian barang/jasa HARUS DIKETAHUI komite sekolah.
Pengawasan & Pemeriksaan
Pengawasan Melekat: Oleh atasan terkait, dalam hal ini oleh khususnya pengawasan oleh Dinas Pendidikan Kab/kota kepada sekolah.
Pengawasan Fungsional Internal :
 Inspektorat Jenderal Depdiknas serta Inspektorat Propinsi dan Kabupaten/Kota (= Bawasda).
 
Pengawasan Eksternal :
 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Pemeriksaan:
 Badan Pemeriksan Keuangan (BPK) sesuai kewenangannya dapat melakukan pemeriksaan Program BOS.
 Pengawasan Masyarakat
 dalam rangka transparansi, program BOS dapat diawasi oleh Unsur Masyarakat & unit pengaduan masyarakat (termasuk LSM).namun TIDAK MELAKUKAN AUDIT.Jika ada penyimpangan agar SEGERA MELAPORKAN ke instansi pengawas fungsional/ lembaga berwenang lainnya.
Sanksi untuk pelaksana BOS
 Penerapan sanksi kepegawaian sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku (pemberhentian, penurunan pangkat, mutasi kerja).
 Penerapan tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi, yaitu pengembalian dana BOS yang terbukti disalahgunakan kepada satuan pendidikan atau ke kas negara.
 Penerapan proses hukum, yaitu mulai proses penyelidikan, penyidikan dan proses peradilan bagi pihak yang diduga atau terbukti melakukan penyimpangan dana BOS.
 Pemblokiran dana dan penghentian sementara seluruh bantuan pendidikan yang bersumber dari APBN pada tahun berikutnya kepada Kab/Kota dan Propinsi, bilamana terbukti pelanggaran tersebut dilakukan secara sengaja dan tersistem untuk memperoleh keuntungan pribadi, kelompok, atau golongan.
UPAYA PENINGKATAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS BOS
1. Dilakukan penyempurnaan Pedoman BOS 2009.
2. Dilakukan pelatihan/sosialisasi kepada seluruh propinsi, kab/kota dan sekolah.
3. Akan dilakukan audit kinerja dan audit keuangan secara khusus oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
4. Peningkatan intensitas pengawasan/penyidikan oleh pihak Kepolisian, Kejaksaan dan KPK.
RESIKO LAIN YANG HARUS DIANTISIPASI
1. Sebagian pendanaan BOS tahun 2008 dan 2009 bersumber dari Loan Bank Dunia sebesar US $ 600 juta.
2. Penyimpangan penggunaan dana BOS dapat berisiko terhadap proses replenishment dari Bank Dunia ke Pemerintah Indonesia.

Jumat, 05 November 2010

Pendidikan Negeri yang Bukan Anak Tiri

Pendidikan , adalah salah satu kunci keberhasilan dan tolak ukur/barometer maju dan berkembangnya suatu negeri. semaik tinggi tingkat kepekaan pendidikannya maka semakin maju lah negara itu, namun semaikn di anak tirikan pendidikan maka akan semakin di anak tirikanlah negara itu oleh dunia.. tak usah bertanya siapa yang menganaktirikan apa, namun lihat saja siapa yg seperti di anak tirikan dunia dan siapa yang tampak begitu enguasai dunia. yang jelas jika saat ini kita tak ingin di anak tirikan di dunia maka mulailah perhatikan kualitas pendidikannya.. benahi sistemnya, perbaiki sarana prasarananya, tingkatkan lagi teknologinya dan jadikanlah salah satu perioritas utama dalam perbaikan bangsa di negara tercinta kita ini.. peningkatan kualitas pengajar menjadi salah satu aspek utamanya, karena disinilah pendidikan di awali dengan menyiapkan para pelaksana pengajaran dilapangan, peningkatan kualitas keilmuannya, peningkatan kecakapannya, peningkatan kemampuannya , peningkatan mutu dan daya saingnya serta peningkatan kesejah teraanya tentunya... jika unsur unsur ini telah terpenuhi maka salah satu maslah pendidikan negeri ini telah terjawab, tinggal membenahi dan mempersiapkan hal berikutnya... namun mulai kapan kita kan memulai semuanya ????? itu yg harus segera ditemukan jawabannya...:-) Bravo guru - guru indonesia , semoga tak hanya jadi guru negeri tapi mampu menjadi guru peradaban yang mengusung kebesaran nama GURU yang seharusnya layak mengantarkan para penyandang gelarnya ke jannah indah di sana ... ayo para guru , kita semua bisa...siap..???

Rabu, 03 November 2010

KKG 2 Legonkulon Sedang melaksanakn On Service Training

 Hari ini Kelompok Kerja Guru Bermutu (KKG Bermutu) 2 Legonkulon kabupaten subang sedang melaksanakan Kegiatan On Service yang merupakan kegiatan pertemuan ke -2 dari rangkaian 16 x pertemuan yang ditargetkan. peserta tampak serius dan antusias mengikuti kegiatan ini walau sesekali diselingi candaan yang semakin menghangatkan suasana KKG saat ini, peserta yang hadir pada pertemuan On service/Pertemuan rutin  ini  dihadiri oleh seluruh peserta yang terdaftar sebagai peserta KKG Bermutu di guslah 2 legonkulon ini. Kegiatan rutin ini memang sudah di agendakan dilaksanakan setiap hari kamis dan dilaksanakan di SD Inti KKG 2 Legonkulon yaitu di SDN Tegalsari yang bertetanggaan dengan SDN Tegalurung. Berikut foto-foto dokumentasi kegiatannya :

 Peserta sedang membuat Resume Materi yang telah di Simaknya
 Peserta sedang Menyimak Materi KKG dari Pemandu
 Peserta sedang diskusi tentang materi KKG yg disampaikan
Persiapan Saat Kegiatan KKG akan dilaksanakan.

KKG GUSLAH 2 Legonkulon Siap Laksanakan On Service

Setelah senin kemarin selesai melaksanakan kegiatan pembuka rangkaian Kegiatan KKG Bermutu yakni In Service, maka kamis pekan ini siap melaksanakan kegiatan On Service, di kegiatan on service perdana ini peserta sekaligus akan di bekali oleh modul dan peralatan AtK kegiatan KKG. Insya Alloh kami berharap ini menjadi awal yang terbaik untuk kegiatan KKG Berikutnya hingga pertemun ke 16 yang terakhir.

SDN HEGARSARI

SDN Hegarsari (Legonkulon)

SDN Hegarsari terletak di dusun Belendung desa Tegalurung Kecamatan legonkulon Kabupaten subang, terletak sekitar 1 Km dari SD Inti KKG 2 legonkulon. SD ini memiliki 6 orang guru dan 1 orang kepala sekolah, 3 orang diantaranya masih berstatus sukwan dan 3 orang lainnya berstatus PNS termasuk seorang kepala sekolahnya. terletak di sebelah utara kota subang dan teretak diantara hamparan sawah dan tambak tambak ikan milik warga karena memang berada di lokasi yang sudah masuk ke pesisir pantai utara, bahkan jika musim hujan datang dan salah satu tanggul aliran sungai ada yang bocor maka bandjir pun menjadi pemandangan yang tak aneh lagi di sekitar daerah ini. Sebagai SD imbas, SD Hegarsari senantiasa siap mensukseskan program KKG Bermutu yang dilaksanakan di KKG GUSLAH 2 Legonkulon .

RENUNGAN SEORANG GURU

RENUNGANEUN GURU
“Sekolah kini kehilangan maknanya sebagai wahana pendewasaan, bagi seluruh penghuni di dalamnya dan otoritas-otoritas yang bersinggungan dengan keberadaannya. Apa bedanya sekolah dengan penjara jika ruang-ruang kelas bagi siswa lebih mirip kerangkeng; pintu yang tertutup ketika pelajaran berlangsung sehingga siswa kehilangan cakrawala optik alternatif, bangku-bangku memaku tubuh para siswa supaya sedikitpun tidak bergerak, dan guru-guru mirip sipir penjara; marah jika dikritik, menolak jika ada usulan, membentak jika ada kesalahan, bahkan memukul ketika ada yang dirasanya pantas dipukul.”The end of school (Neil Postman, 2001)
“Pada waktu seorang anak masih balita, dia aktif bertanya tentang berbagai hal kepada orang tuanya dan selalu bereksperimen dengan berbagai hal. Kebiasaan itu berakhir setelah dia masuk sekolah. Di sekolah tidak berani bertanya karena bisa dimarahi/ditertawakan. Kreatifitasnya terhenti”.
Rayakan setiap siswa menyelesaikan suatu tugas! (Beri penghargaan/pujian yang tulus)
Ini memberikan siswa perasaan :
Keberhasilan
Kesempurnaan
Kepercayaan diri
Motivasi untuk pekerjaan berikutnya.

Quantum learning
(Bobbi De Porter & Mike Herwacki, 1999)
Anak-anak rata-rata menerima 460 komentar negatif atau kritik dan 75 komentar positif atau dukungan setiap hari.Bayangkan apa yang akan terjadi bila anak-anak menerima semua komentar positif atau dukungan?
“Belajar akan efektif jika dilakukan dalam suasana menyenangkan”(Peter Kline)“Untuk mempelajari sesuatu, praktikanlah”(Roger C.Schank)
KITA BELAJAR
10 % DARI APA YANG KITA BACA
20 % DARI APA YANG KITA DENGAR
30 % DARI APA YANG KITA LIHAT
50 % DARI APA YANG KITA LIHAT DAN DENGAR
70 % DARI APA YANG KITA KATAKAN
90 % DARI APA YANG KITA LAKUKAN

  Vernon A. Magnesen
BAGIAN OTAK












  PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN
  AKADEMIS KREATIF

  Siswa akan dapat menghafal/mengingat informasi dengan mudah
  apabila otak kiri dan otak kanan keduanya terlibat
KECERDASAN MAJEMUK(MULTIPLE INTELLIGENCE)
CERDAS FISIK
CERDAS LINGUISTIK
CERDAS VISUAL/SPASIAL/GAMBAR
CERDAS MUSIKAL
CERDAS NATURALIS/ALAM
CERDAS INTERPERSONAL
CERDAS INTRAPERSONAL

  Howard Gardner
KECERDASAN IQ DAN EQ
KONTRIBUSI IQ = 20% TERHADAP KEBERHASILAN HIDUP SESEORANG
KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) = 80% TERHADAP KEBERHASILAN HIDUP SESEORANG.


  DANIEL GOLEMAN
GAMBAR PETA PIKIRAN SEBAGAI GANTI MENCATAT SECARA LINIER!
PETA KONSEP
Tema utama terletak di tengah-tengah
Ada cabang-cabang utama untuk sub tema.
Buat cabang-cabang lain untuk sub-sub tema. Dst.




Bisa dalam bentuk lain misalnya gambar pohon, binatang atau lainnya.
PROSES BERPIKIR DALAM PEMECAHAN MASALAH
1. BERPIKIR VERTIKAL
 Suatu proses berpikir dengan bergerak selangkah demi selangkah menuju tujuan, seolah-olah sedang menaiki tangga.
2. BERPIKIR LATERAL
  Melihat permasalahan dari beberapa sudut, seolah-olah melompat dari satu tangga ke tangga lainnya.
3. BERPIKIR KRITIS
 Memberikan penilaian atau evaluasi yang cermat, seperti menilai kelayakan suatu gagasan atau produk.
4. BERPIKIR STRATEGIS
 Mengembangkan strategi-strategi untuk perencanaan dan arah operasi dengan melihat dari semua sudut pandang.
5. BERPIKIR KREATIF
 Menyusun kembali fakta-fakta yang ada dan muncul dengan pandangan baru tentang masalah (melibatkan berpikir lateral)




ANAK BELAJAR DARI KEHIDUPANNYA(DOROTHY LAW NOLTE)
 KREATIFITAS : PENYATUAN PENGETAHUAN DARI BERBAGAI BIDANG PENGALAMAN YANG BERLAINAN UNTUK MENGHASILKAN IDE-IDE BARU DAN LEBIH BAIK.INOVASI : PROSES PENERAPAN IDE-IDE ITU SECARA AKTUAL KE DALAM PRAKTIK. Michael A. West, 2000
“Kita tidak dapat menunggu wawasan-wawasan besar dari orang-orang besar sebab mereka langka ….Adalah tergantung kita sendiri untuk menyalakan api kecil kita di kegelapan” Charles Handy
“Kesalahan terbesar adalah tidak berbuat apa-apa karena kamu hanya bisa berbuat sedikit. Kerjakan apa yang kamu bisa” (Sydney Smith)“Apa yang dapat anda lakukan, atau ingin anda kerjakan, mulailah. Keberanian memiliki kecerdasan, kekuatan, dan keajaiban di dalamnya”.(Goethe)
“Kita sendiri yang harus menjadi perubahan yang ingin kita saksikan di dunia ini”(Mahatma Gandhi)“Imajinasi lebih penting dari pada kecerdasan. Kecerdasan menyangkut masa lalu dan masa kini, tetapi imajinasi menyangkut masa depan”(Albert Einstein)
PERBEDAAN ORANG YANG BERHASIL DAN ORANG YANG GAGAL
  ORANG YANG BERHASIL ORANG YANG GAGAL
Menghadapi masalah sebagai tantangan Menghadapai masalah sebagai beban/hambatan
Tekun berusaha walaupun gagal Selalu mengingat kegagalan itu
Terus bekerja sebelum orang lain berhenti Berhenti bekerja sebelum orang lain
Berpikir dulu lalu bertindak Bertindak dulu lalu berpikir
Hidup mandiri Bergantung pada orang lain
Berkata, “Saya bisa”. Berkata, “Saya tidak bisa”.
Tidak malu meminta pertolongan orang lain Malu meminta pertolongan
Selalu percaya diri dan tidak pernah iri Merasa rendah diri dan selalu iri pada
pada orang lain orang lain
Cermat dalam bekerja Ceroboh dalam bekerja
Giat berpikir Malas berpikir
Berpandangan luas Berpandangan sempit
Selalu berkata’ “Apa yang dapat saya Selalu berkata,”Apa yang dapat berikan untuk mereka?”. mereka berikan untuk saya?”Menciptakan kesempatan Menunggu kesempatan datangBerpendirian teguh Pendiriannya mudah goyahTidak mudah menyerah. Berhenti terlalu awal.Melihat cahaya dalam kegelapan Hanya melihat kegelapanBerdisiplin diri Menurut kehendak hatiTahu menempatkan diri Salah menempatkan diri.Penuh percaya diri Mudah percaya pada nasibTidak pernah mengeluh. Menganggap orang lain sebagai penyebabBersikap dan berpikir positif. Bersikap dan berpikir negatifTahu diri dan tidak membandingkan Selalu membandingkan dengan dengan orang lain orang lainMengendalikan lingkungannya Dibatasi oleh lingkunganMenempatkan sumber daya manusia Menganggap manusia hanya sebagai nilai yang tertinggi. Sebagai alat .Selalu ingin berprestasi Bertopang dagu/tidak memiliki keinginan berprestasi
STRATEGI “KAIZEN”
Strategi “Kaizen” adalah satu konsep terpenting dalam manajemen Jepang – Kunci Keunggulan Kompetetif Jepang.
“Kaizen” berarti perbaikan terus menerus yang melibatkan setiap orang : manajemen atas, manajer, dan pekerja.

  “Masaaki Imai”
  Kaizen : The key to Competitive Success
THE MAGIC OF THINKING BIG(David J. Schwartz, 1992)1. Percaya Anda Berhasil, maka andapun akan benar- benar berhasil2. Sembuhkan diri anda dari dalih yang merupakan penyakit kegagalan.3. Bangun Kepercayaan dan Hancurkan Ketakutan4. Berpikir dan Bermimpi Secara Kreatif5. Anda adalah apa yang anda pikirkan6. Berpikirlah benar tentang orang lain7. Gunakan tujuan/target untuk membantu anda maju“Saya tidak pernah bekerja, seharipun, dalam hidup saya. Semuanya adalah keasyikan “ (Thomas Alfa Edison)
MACAM-MACAM GURU
Guru Wajib : Guru yang keberadaannya sangat dibutuhkan dan ketidakhadirannya membuat orang-orang kehilangan.
 Karakrakteristik :
 Bekerja dengan tulus, Administrasi lengkap, Kemampuan mengajarnya bagus, Selain mengajar juga aktif dalam berbagai kegiatan,Memandang bekerja itu sebagai belajar.

2. Guru Sunat : Guru yang keberadaannya dibutuhkan tetapi ketidakhadirannnya tidak membuat orang lain kehilangan. Karakteristik :
  bekerja pamrih, kemampuan bagus, memamndang bekerja untuk mendapatkan sesuatu.

3.Guru Mubah : Guru yang kehadiran dan ketidakhadirannya sama saja tidak berpengaruh. Karakteristik : Bekerja asal menggugurkan kewajiban, tidak mempunyai keinginan untuk meningkatkan kemampuan dan karier, Administrasi guru asal ada (dapat fotocopy).selesai mengajar terus pulang 4. Guru Makruh : Guru yang kehadirannya tidak diharapkan (bermasalah) dan ketidakhadirannya membuat orang lain merasa tenang bekerja. Karakteristik : selalu usil terhadap pekerjaan orang lain, selalu mengkritik orang lain/ atasan tetapi bila disuruh kerja tidak mampu, pekerjaannya tidak baik.5. Guru Haram : Guru yang kehadirannya dan ketidakhadirannya membuat masalah. Karakteristik : Berperilaku tidak baik di mana-mana sehingga bila dia tidak ada di sekolahpun banyak orang yang datang ke sekolah karena ada masalah dengannya, kalau ada di sekolah membuat masalah dengan sesama temannya.
ADA KESENJANGAN APA YANG DIALAMI ANAK PADA DUNIA NYATA vs SEKOLAH ?
BILA PBM DI SEKOLAH GAGAL, APA YANG TERJADI DENGAN PERILAKU SISWA ?
SITUASI SEPERTI APA MENYEBABKAN ANAK TIDAK MENYENANGI BELAJAR di KELAS ?
BAGAIMANA KONSEP “PERAN SEKOLAH ” DALAM PROSES PEMBELAJARAN ANAK ?
Selesai …
TERIMA KASIH

PROGRA INDUKSI

INDUCTIONFOR NEW TEACHER

ISSUE
Apa yang harus dilakukan pada saat pendidikan pra jabatan?
Apa yang tidak dapat dilaksanakan pada saat pra jabatan?
Hal Utama
Program Induksi Fokus pada
a. Persiapan praktis yang efektif untuk menangani anak dalam lingkungan belajar
Persiapan kerja untuk menghadapi budaya sekolah

Program in – service fokus pada
 Persiapan kerja untuk menghadapi budaya sekolah


Sistem Induksi:
Membantu guru pemula untuk melaksanakan tugas sebagai guru profesional.
Dengan demikian Guru Pemula:
Harus memposisikan diri dan menyesuaikan diri ke dalam dunia kerja yang nyata.
Dibimbing dan diawasi secara profesional yang akan membantu guru baru agar dapat belajar dengan cepat dan efektif untuk beradaptasi dengan lingkungan

Program induksi membantu guru baru dengan sistem mentor yang selalu melakukan pendampingan pada proses pembelajaran di sekolah
Pada dasarnya pendidikan profesi/sertifikasi baru pada tahap membuat calon guru syah dan mengenal lingkungan pembelajaran di kelas.
Program pendampingan oleh mentor memberikan bantuan dan keyakinan bahwa guru baru mampu melakukan proses pembelajaran di kelas.


Hal Penting dalam Proses Induksi
Mentor yang bekerja secara profesional
Panduan program mentoring yang digunakan sebagai Prosedur Operasi Standar oleh sekolah yang di dalamnya termasuk outcome yang diharapkan dari pelaksanaan induksi.


APA SAJA KOMPETENSI GURU?

STUDY VISIT

STUDY VISIT
(KUNJUNGAN BELAJAR,
KUNJUNGAN SEKOLAH/KKG/MGMP)
PENGERTIAN STUDY VISIT
Kunjungan yang dilakukan KKG atau MGMP ke KKG atau MGMP lain yang diperkirakan lebih unggul dan ke sekolah (SD atau SMP) anggota KKG atau MGMP yang bersangkutan, dalam rangka menggali informasi keterlaksanaan program dan implementasi hasil KKG atau MGMP di sekolah.
LATAR BELAKANG
Diharapkan kualitas pelaksanaan program di suatu KKG atau MGMP tidak jauh berbeda dengan yang lainnya.
Bila kualitas pelaksanaan program tidak sesuai harapan terjadi di suatu KKG atau MGMP pada kurun waktu tertentu, diharapkan dapat diperbaiki.
KKG atau MGMP harus memperoleh gambaran keterlaksanaan program di KKG atau MGMP lain.
KKG atau MGMP harus mendapat gambaran implementasi hasil kegiatan KKG atau MGMP di sekolah.
TUJUAN PENULISAN PANDUAN
Umum:
  memahami tentang cara melakukan persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil study visit.
Khusus:
Mempersiapkan study visit;
melakukan study visit; dan
menyusun laporan study visit.
SISTEMATIKA PROPOSAL STUDY VISIT
Halaman Sampul
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Rasional
Tujuan
Sasaran
Materi
Output
Waktu
Pembiayaan
Mekanisme
Tata Tertib
Daftar Pustaka
Lampiran

RAMBU-RAMBU PENULISAN PROPOSAL STUDY VISIT
Judul diketik dengan huruf kapital ukuran huruf lebih besar daripada huruf pada kata lainnya di halaman sampul. Di samping itu, judul harus singkat, padat, dan memuat kata kunci kegiatan yang akan dilakukan.
Nama KKG atau MGMP ditulis lengkap
Logo Depdiknas
Nama UPTD/UPTK untuk KKG atau Nama Kabupaten/Kota untuk MGMP.
Tahun
Halaman Pengesahan
Tanda tangan, nama ketua KKG atau MGMP, NIP, dan stempel.
Diketahui Kepala Sekolah Inti dengan bukti tanda tangan, nama, NIP, dan stempel.
Diketahui Kepala UPTD/UPTK Dinas Pendidikan Kabupaten di Kecamatan untuk KKG atau Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk MGMP dengan bukti tanda tangan, nama, NIP, dan stempel.
Rasional Pelaksanaan Study Visit
Berisi tentang gambaran pelaksanaan kegiatan KKG atau MGMP yang bersangkutan (keberhasilan dan hambatan atau permasalahan yang dihadapi).
Kemukakan alasan perlunya dilakukan study visit ke KKG atau MGMP lain yang diperkirakan lebih baik
Kemukakan manfaat study visit dalam rangka memperbaiki keterlaksanaan program di KKG atau MGMP yang bersangkutan.
Tujuan Study Visit
Harus terkait dengan kegiatan di KKG atau MGMP;
Dalam rangka menggali informasi secara langsung;
Tujuan study visit dapat berhubungan dengan keterlaksanaan program BERMUTU di KKG atau MGMP; atau
Berhubungan dengan implementasi hasil kegiatan di KKG atau MGMP.
Sasaran
Tetapkan sasaran yang akan dikunjungi dalam kegiatannya.
Paling tidak ada dua sasaran yaitu:
KKG atau MGMP yang diprediksi memiliki kinerja lebih baik;
Sekolah unggul berkategori SSN/RSBI/SBI dan bergabung dengan KKG atau MGMP yang telah dikunjungi pada nomor (1).
Pada kesempatan lain sasaran study visit dapat dilakukan ke tempat-tempat penting atau bersejarah yang bermanfaat bagi perbaikan kinerja guru melalui kegiatan KKG atau MGMP.
Materi
Keterlaksanaan program KKG atau MGMP;
Implementasi hasil kegiatan di KKG atau MGMP.
Output, Waktu, Pembiayaan
Output: dijabarkan sesuai tujuan study visit. Output inilah yang dapat dijadikan indikator pelaksanaan study visit.

Waktu: Jadwal kegiatan disusun dengan merinci tujuan, output yang diinginkan, serta sasaran yang akan dikunjungi secara terurut. Penjadwalan secara rinci dapat dibuat terpisah sesuai keperluan. Waktu pelaksanaan study visit ini harus memberikan gambaran kepada peserta tentang pelaksanaan kegiatan study visit yang akan dilakukan, unsur yang akan dikunjungi, serta pihak terkait.

Pembiayaan: Harus dialokasikan dari dana KKG atau MGMP sesuai alokasi anggaran yang diprogramkan KKG atau MGMP yang bersangkutan. Rincian biaya yang diperlukan dapat dibuat secara terpisah sesuai keperluan.
Mekanisme
Melakukan persiapan/perencanaan.
Pemberitahuan baik ke Dinas Pendidikan maupun ke KKG/MGMP/SD/SMP yang akan dikunjungi.
Pelaksanaan study visit di dua lokasi, yaitu kunjungan ke KKG atau MGMP dan kunjungan ke SD atau SMP berkinerja lebih baik.
Kunjungan ke KKG atau MGMP diarahkan untuk melakukan review keterlaksanaan program KKG atau MGMP dengan menggunakan instrumen yang telah disusun.
Sedangkan kunjungan ke SD atau SMP dimaksudkan untuk melakukan review implementasi hasil kegiatan KKG atau MGMP dalam proses pembelajaran dengan menggunakan instrument yang telah disusun.
Sebagai wujud dari hasil pelaksanaan study visit, diharuskan menyusun laporan kegiatan.
Laporan hasil study visit harus mencakup: latar belakang, tujuan, sasaran, materi, output, pelaksanaan kunjungan, hasil kunjungan, kesimpulan, dan saran serta menyampaikan ringkasan (abstrak) laporan hasil study visit untuk dimuat dalam jurnal atau media lain.
Tata Tertib
Tata tertib mencakup persiapan, pelaksanaan, dan tidak lanjut.
Persiapan (pemberitahuan ke unsur terkait; menyusun jadwal kegiatan, dan mempersiapkan peralatan).
Pelaksanaan mencakup: (1) pelaksanaan sesuai jadwal yang telah disusun; (2) keharusan menggunakan instrumen yang telah dipersiapkan untuk menjaring data; (3) keharusan menggali informasi yang lengkap pada waktu berkunjun; (4) mencatat semua informasi; (5) mengumpulkan dokumen yang diperlukan.
Tindak lanjut mencakup: (1) pengolahan hasil dan menyusun laporan sesuai rambu-rambu; (2) memperbaiki program serta pelaksanaan kegiatan di KKG atau MGMP; dan (3) memperbaiki pelaksanaan pembelajaran di kelas.
Lampiran
Instrumen study visit;
Jadwal;
Panitia; dan
Peserta.
INSTRUMEN STUDY VISIT
Instrumen review keterlaksanaan program KKG atau MGMP; dan
Instrumen review implementasi hasil KKG atau MGMP di Sekolah.
Komponen Instrumen Review Keterlaksanaan Program KKG atau MGMP
Bentuk kegiatan;
Waktu pelaksanaan:
Relevansi dengan program yang telah direncanakan;
Kualitas keterlaksanaan; dan
Rekomendasi dan catatan kualitatif.
Format Instrumen Review Keterlaksanaan Program BERMUTU di KKG atau MGMP
Keterangan
1) Diisi kegiatan yang telah dilakukan KKG atau MGMP.
2) Kualitas keterlaksanaan yang dimaksud dalam kategori Sangat Baik, Baik, Cukup, Kurang, dan Sangat Kurang berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Model pelatihan/kegiatan yang menyentuh profesi keguruan
Kualifikasi dan kompetensi penyaji pelatihan/kegiatan yang memadai.
Pengembangan, pengemasan, dan pembahasan materi yang dilakukan di KKG atau MGMP dapat diimplementasikan di sekolah.
Fasilitas pelatihan/kegiatan yang memadai.
Pemanfaatan Bahan Belajar Mandiri dan bahan belajar lain yang relevan sebagai acuan.
Kehadiran dan kesungguhan anggota KKG atau MGMP dalam mengikuti pelatihan/kegiatan.
Dilakukan evaluasi diri yang memadai untuk mengetahui dampak pelatihan/kegiatan terhadap kinerja guru
Dilakukan tindak lanjut dari pelatihan/kegiatan oleh masing-masing anggota di sekolahnya masing-masing.
Komponen Instrumen Review Implementasi Hasil KKG atau MGMP di Sekolah
Bentuk kegiatan,
Implementasi dalam pembelajaran di sekolah,
Kualitas implementasi, dan
Rekomendasi dan catatan kualitatif.
Format Instrumen Review Implementasi Hasil KKG atau MGMP di Sekolah
Keterangan
1) Diisi dengan kegiatan di KKG atau MGMP.
2) Kualitas implementasi yang dimaksud dalam kategori Sangat Baik, Baik, Cukup, Kurang, dan Sangat Kurang berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Terimplementasi pada beberapa mata pelajaran (bukan hanya pada satu mata pelajaran tertentu saja).
Proses pembelajaran dilakukan guru secara cermat dan terampil, dengan mengakomodasi variasi kemampuan siswa.
Pengembangan, pengemasan, dan pembahasan materi dilakukan guru dengan menggunakan sumber yang diperoleh di KKG atau MGMP.
Fasilitas pendukung pembelajaran sesuai karakteristik materi yang disajikan serta kondisi yang ada di sekolah.
Kesungguhan dan motivasi siswa tumbuh dalam proses pembelajaran.
TUGAS
Buatlah panduan study visit, seandainya Anda akan studi banding ke KKG atau MGMP lain yang diperkirakan memiliki kinerja lebih baik.
Buatlah instrumen study visit, seandainya Anda akan studi banding ke KKG atau MGMP lain yang diperkirakan memiliki kinerja lebih baik.

EVALUASI
Apa manfaat study visit bagi KKG atau MGMP yang berkunjung? Apakah ada manfaat study visit bagi KKG atau MGMP yang dikunjungi? Sebutkan!
Apa komponen yang harus ada dalam panduan study visit? Jelaskan apa yang dimaksud masing-masing komponen tersebut!
Umpan Balik
Cocokkanlah jawaban Anda dengan materi kegiatan belajar 1 di atas.
Perkirakan prosentase pencapaian jawaban Anda.
Gunakan aturan:
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan pembelajaran ke kegiatan belajar 2. Bagus!
Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi kegiatan belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.
KEGIATAN BELAJAR 2PELAPORAN
TUJUAN (Kegiatan Belajar 2)
Untuk memandu peserta dalam menyusun laporan hasil study visit serta mendokumentasikan hasil study visit, yang mencakup 1) pengidentifikasian komponen-komponen laporan hasil study visit; (2) menyusun laporan hasil study visit secara lengkap.
BAHAN, ALAT, DAN SUMBER
Panduan Study Visit
Instrumen Study Visit: (a) Keterlaksanaan program BERMUTU di KKG atau MGMP dan (b) implementasi hasil kegiatan KKG atau MGMP.
Jadwal Study Visit
Data hasil Study Visit
Prosedur Pengolahan Data Hasil Study Visit
Standar Penyelenggaraan KKG/MGMP
POS KKG/MGMP
Panduan DBL KKG
Panduan DBL MGMP
LANGKAH KEGIATAN
Persiapan
Mengumpulkan dokumen yang diperlukan dalam penyusunan laporan
Mempelajari dokumen terkait laporan hasil study visit
Mengidentifikasi bagian-bagian yang diperlukan dalam laporan hasil study visit
Konsolidasi persiapan penulisan outline dan laporan hasil study visit
Pelaksanaan
Pengolahan data hasil study visit
Interpretasi hasil pengolahan data
Penyusunan outline laporan hasil study visit
Pembahasan outline laporan hasil study visit
Penyempurnaan/finalisasi outline laporan hasil study visit
Penyusunan draft laporan hasil study visit
Pembahasan draft laporan hasil study visit
Revisi/finalisasi laporan hasil study visit
Tindak Lanjut
Memanfaatkan hasil study visit dalam perbaikan pelaksanaan kegiatan di KKG atau MGMP.
Memanfaatkan hasil study visit dalam perbaikan pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas.

Sistematika Laporan HasilStudy Visit
Halaman Sampul
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan (Rasional, Tujuan, Sasaran, Materi, Output)
Bab II Pelaksanaan dan Hasil (Pelaksanaan, Hasil, dan Tindak Lanjut)
Bab III Penutup (Kesimpulan dan Saran)
Daftar Pustaka
Lampiran
Halaman Sampul (Laporan)
Judul diketik dengan huruf kapital ukuran huruf lebih besar daripada huruf pada kata lainnya di halaman sampul. Di samping itu, judul harus singkat, padat, dan memuat kata kunci hasil kegiatan yang dilakukan.
Nama KKG atau MGMP ditulis lengkap
Logo Depdiknas
Nama UPTD/UPTK untuk KKG atau Nama Kabupaten/Kota untuk MGMP.
Tahun
Halaman Pengesahan (Laporan)
Tanda tangan, nama ketua KKG atau MGMP, NIP, dan stempel.
Diketahui Kepala Sekolah Inti dengan bukti tanda tangan, nama, NIP, dan stempel.
Diketahui Kepala UPTD/UPTK Dinas Pendidikan Kabupaten di Kecamatan untuk KKG atau Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk MGMP dengan bukti tanda tangan, nama, NIP, dan stempel.
Pelaksanaan dan Hasil
Bab ini berisi 5W + 1H (what, where, when, why, who, and how).
What menggambarkan nama kegiatan yang dilakukan,
Where menggambarkan tempat pelaksanaan kegiatan,
When mengambarkan waktu pelaksanaan,
Who menggambarkan peserta, nara sumber/fasilitator/instruktur/pendamping (bila ada),
How menggambarkan strategi dan metode pelaksanaan kegiatan, keterlibatan peserta dalam kegiatan study visit, sumber dana, dan sistem dokumentasi kegiatan/ pelaporan, hasil study visit, kendala dan upaya pemecahannya.
TUGAS (Contoh)
Buatlah laporan hasil study visit, seandainya Anda telah melakukan studi banding ke KKG atau MGMP lain yang diperkirakan lebih unggul.
EVALUASI
Apa manfaat laporan hasil study visit bagi KKG atau MGMP yang berkunjung? Apakah ada manfaat laporan hasil study visit bagi KKG atau MGMP yang dikunjungi? Sebutkan!
Apa komponen yang harus ada dalam laporan hasil study visit? Jelaskan apa yang dimaksud masing-masing komponen tersebut!
UMPAN BALIK
Sebagai rambu-rambu untuk menilai jawaban Anda terhadap evaluasi di atas, coba cocokkan jawaban Anda dengan materi kegiatan belajar 2 di atas.
Perkirakan prosentase pencapaian jawaban Anda.
Gunakan aturan:
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan kegiatan pemebalajaran ke kegiatan belajar selanjutnya dengan modul selanjutnya. Bagus!
Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.

LESSON STUDY

UNIT I
PENDAHULUAN
A. Pengantar
 Sampai saat ini pembangunan pendidikan nasional belum mencapai hasil sesuai yang diharapkan, terutama terkait dengan masalah pemerataan akses dan kualitas pendidikan. Secara eksternal, komponen masukan pendidikan yang secara signifikan berpengaruh terhadap rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain: (1) ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan yang belum memadai secara kuantitas dan kualitas; (2) sarana dan prasarana belajar yang belum tersedia dan belum didayagunakan secara optimal; (3) pendanaan pendidikan yang belum memadai untuk menunjang mutu pembelajaran; dan (4) proses pembelajaran yang belum efisien dan efektif (Depdiknas, 2005: 30).
 Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, yang salah satunya melalui peningkatan kompetensi guru, Pemerintah Indonesia melaksanakan berbagai bentuk pelatihan guru dalam jabatan (in-service teacher training). In-service training atau biasa disingkat INSET adalah salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan guru atau mendiseminasikan sebuah inovasi. Tujuan umum INSET adalah membantu guru memperbaiki kualitas mengajar untuk meningkatkan karir profesionalnya dengan mendorong mereka untuk selalu bekerja sama antar mereka sendiri (Noor, 2006). Richards, Platt, dan Platt (1992) mengatakan bahwa In-service Training diberikan kepada guru yang telah mempunyai pengalaman mengajar dan merupakan bagian dari kelangsungan pengembangan profesionalisme mereka.
  Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan - Depdiknas melaksanakan program Better Education Through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading (BERMUTU). Salah satu tujuan program dumaksud adalah untuk meningkatkan mutu guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah melalui pemberdayaan kapasitas kelompok kerja (KKG) dan musyawarah kerja guru (MGMP), kepala sekolah serta pengawas sekolah (KKKS/MKKS, KKPS/MKPS). Khusus dalam kegiatan peningkatan kompetensi guru melalui pemberdayaan KKG/MGMP salah pendekatan kegiatan yang dijalankan adalah kegiatan Lesson Study yang dipadukan dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Case Study. Kegiatan-kegiatan tersebut akan dijalankan dalam pelaksanaan KKG/MGMP di masing-masing daerah sasaran.
 Lesson Study bukan metode pembelajaran, juga bukan pendekatan pembelajaran. Sebenarnya, Lesson Study adalah model pembinaan (pelatihan) profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas yang saling membantu dalam belajar untuk membangun komunitas belajar. Memperhatikan definisi Lesson Study ini, sebagian orang mempertanyakan, apa bedanya dengan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)? Jawabnya adalah dalam Lesson Study dapat dilakukan PTK bahkan bukan hanya PTK, namun juga dapat dilakukan penelitian pengembangan pembelajaran.
Modul tentang lesson study ini dimaksudkan untuk menjadi salah satu acuan dan panduan teknis pelaksanaan lesson study di KKG/MGMP, khususnya dalam implementasi program BERMUTU maupun pada kegiatan pengembangan guru di luar program atau untuk umum. Dengan demikian diharapkan lesson study dapat menjadi sutau pola kegiatan KKG/MGMP yang diharapkan mampu menjadi mesin penggerak putaran KKG/MGMP yang lebih konsisten dan efektif.

B. Tujuan
Tujuan dari penyusunan modul secara umum adalah untuk menyediakan acuan operasional yang sederhana untuk memahami dan melaksanakan lesson study. Secara lebih detil tujuan tersebut adalah agar para guru dapat:
1. menjelaskan pengertian lesson study secara konseptual dan praktis
2. menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan lesson study secara operasional
3. merancang pembelajaran untuk pelaksanaan open class yang efektif
4. melaksanakan open calss secara efektif
5. melaksanakan observasi pembelajaran secara cermat
6. melaksanakan diskusi refleksi secara interaktif dan efektif
7. merencanakan tindak lanjut dari kegiatan lesson study

C. Sistematika
 Modul lesson study ini dirancang dalam bentuk yang sederhana agar mudah dipahami dan dilaksanakan oleh setiap guru dalam kegiatan KKG/MGMP. Bagian pertama modul berisis tentang pengantar, tujuan dan sistematika penyajian. Bagian kedua menyajikan tentang cara belajar memahami konsep dan prinsip lesson study. Bagian ketiga menyajikan cara merancang pembelajaran yang efektif dalam kegiatan lesson study. Bagian ke empat menyajikan tentang bagaimana melaksanakan pembelajaran yang diobservasi (open class) secara efektif. Bagian keempat berisis tentang tatacara diskusi refleksi yang efektif.



UNIT II
MEMAHAMI KONSEP DAN PRINSIP LESSON STUDY

A. Pengantar
Istilah lesson study masih relatif asing di kalangan sebagian besar guru di Indonesia. Sesungguhnya, lesson study telah lama berkembang di Jepang, yakni sekitar abad ke-19. Namun baru masuk dan mulai dikembangkan di Indonesia sekitar akhir 2004 oleh para tenaga ahli JICA (Jepang International Cooperation Agency) melalui program IMSTEP (Indonesian Mathematics and Science Teaching Education Project). Kemudian dilanjutkan pengembangannya melalui Program SISTTEMS (Strengthening In-Service Teacher Training of Mathematics and Science Education at Junior Secondary Level) pada Tahun 2006 - 2008, dan juga PELITA (Program for Enhancing Quality of Junior Secondary Enducation) pada Tahun 2009 – 2012.
Apa sesungguhnya lesson study itu? Banyak kalangan yang kurang memahami lesson study menganggap lesson study sebagai suatu pendekatan, metode atau model pembelajaran layaknya pembelajaran kooperatif, inkuiri, CTL, atau sejenisnya. Ada yang mengidentikan lesson study dengan PTK. Bahkan ada yang memahami lesson study layaknya latihan mengajar seperti microteaching. Untuk dapat memahami dengan tepat apa itu lesson study, lakukan kegiatan belajar berikut ini.

B. Tujuan
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai setelah mempelajari bagian ini adalah para guru dapat:
1. menjelaskan pengertian lesson study secara konseptual
2. menjelaskan prinsip-prinsip lesson study
3. menjelaskan tahap-tahap pelaksanaan lesson study
4. menjelaskan alasan tentang perlunya guru melakukan kegiatan lesson study untuk meningkatkan kompetensinya.

C. Bahan/Sumber Belajar
Untuk memperoleh pengetahuan dan wawasan tentang konsep dan prinsip lesson study para guru dapat membaca berbagai buku atau artikel tentang lesson study. Namun harus disadari saat ini masih terbatas buku-buku tentang lesson study yang ditulis dalam Bahasa Indonesia. Artikel-artikel tentang lesson study, baik dalam Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia, banyak dimuat dalam berbagai website maupun blog. 1.

D. Langkah Kegiatan Belajar
Untuk mempelajari tentang konsep dan prinsip lesson study dapat dilakukan secara berkelompok di KKG/MGMP atau secara individual dan mandiri. Jika dilakukan secara berkolompok di KKG/MGM maka ikutilah langkah berikut ini.
















E. Bahan Bacaan
Untuk membantu memahami konsep dan prinsip lesson study secara garis besar dapat menggunakan atau baca artikel tentang lesson study berikut ini.



A. Pengertian Lesson Study
Lesson study adalah suatu proses sistematis yang digunakan oleh guru-guru Jepang untuk menguji keefektifan pengajarannya dalam rangka meningkat hasil pembelajaran (Garfield, 2006). Proses sistematis yang dimaksud adalah kerja guru-guru secara kolaboratif untuk mengembangkan rencana dan perangkat pembelajaran, melakukan observasi, refleksi dan revisi rencana pembelajan secara bersiklus dan terus menerus. Menurut Walker (2005) Lesson study adalah suatu metode pengembangan profesional guru. Menurut Lewis (2002) ide yang terkandung didalam lesson study sebenarnya singkat dan sederhana, yakni jika seorang guru ingin meningkatkan pembelajaran, salah satu cara yang paling jelas adalah melakukan kolaborasi dengan guru lain untuk merancang, mengamati dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang dilakukan.
Secara lebih operasional lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui peng¬kajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar dalam rangka meningkatkan profesio-nalisme guru serta meningkatkan kualitas pembelajaran

B. Langkah-langkah Pelaksanaan Lesson Study
Dalam praktiknya ada beberapa variasi atau penyesuian cara melakasanakan lesson study. Lewis (2002) menyarankan ada eman tahapan dalam awal mengimplementasikan lesson study di sekolah.
Tahap 1: Membentuk kelompok lesson study, yang antara lain berupa kegiatan merekrut anggota kelompok, menyusun komitmen waktu khusus, menyusun jadwal pertemuan, dan menyetujui aturan kelompok.
Tahap 2: Memfokuskan lesson study, dengan tiga kegiatan antara utama, yakni: (a) menyepakati tema penelitian (research theme) tujuan jangka panjang bagi murid; (b) memilih cakupan materi; (c) memilih unit pembelajaran dan tujuan yang disepakati.
Tahap 3: Merencanakan rencana pelmbelajaran (Research Lesson), yang meliputi kegiatan melakukan pengkajian pembelajaran yang telah ada, mengembangankan petunjuk pembelajaran, meminta masukan dari akhli dalam bidang studi dari luar (dosen atau guru lain yang berpengalaman).
Tahap 4: Melaksanakan pembelajaran di kelas dan mengamatinya (observasi). Dalam hal ini pembelajaran dilakukan oleh salah seorang guru anggota kelompok dan anggota yang lain menjadi observer. Observer tidak diperkenankan melakukan introduksi terhadap jalannya pembelajaran baik kepada guru maupun siswa.
Tahap 5: Mendiskusikan dan menganalisis pembelajaran, yang telah dilaksanakan. Diskusi dan analisis sebaiknya mencakup butir-butir: refleksi oleh instruktur, informasi latar belakang anggota kelompok, presentasi dan diskusi data-data dari hasil observasi pembelajaran, diskusi umum, komentar dari ahli luar, ucapan terima kasih.
Tahap 6: Merefleksikan pembelajaran dan merencanakan tahap-tahap selanjutnya. Pada tahap ini anggota kelompok diharapkan berpikir tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya. Apakah berkeinginan untuk membuat peningkatan agar pembelajaran ini menjadi lebih baik?, apakah akan mengujicobakan di kelas masing-masing?, dan anggota kelompok sudah puas dengan tujuan-tujuan lesson study dan cara kerja kelompok?
 Sementara itu, Richardson (2006) menuliskan ada 7 tahap atau langkah yang termasuk dalam lesson study, yakni:
Tahap 1: membentuk sebuah tim lesson study.
Tahap 2: Memfokuskan lesson study
Tahap 3: Merencanakan rencana pelmbelajaran (Study Lesson).
Tahap 4: Persiapan untuk observasi.
Tahap 5: Melaksanakan pengajaran dan observasinya.
Tahap 6: Melaksanakan tanya-jawab/diskusi pembelajaran.
Tahap 7: Melakukan refleksi dan merencanakan tahap selanjutnya.
Masih ada beberapa variasi lagi tahapan lesson study yang dikemukan oleh beberapa ahli, seperti Robinson (2006) yang mengusulkan 8 tahap berdasarkan pada jumlah pertemuan yang diperlukan dalam pelaksanaan lesson study dalam implementasinya di “Israeli Midle School Teachers”.
Sementara itu, implementasi lesson study di Indonesia yang dimulai saat para tenaga ahli Jepang dalam Program IMSTEP JICA mengenalkan lesson study di tiga universitas (UPI, UNY dan UM) pada akhir Tahun 2004. Dalam tahap awal pengenalan lesson study tersebut Saito (2005) mengenalkan ada tiga tahap utama lesson study, yakni: (1) Perencanaan (Plan), (2) Pelaksanaan (Do), dan Refleksi (See). Penyederhanaan menjadi tiga tahap saja dilakukan dengan pertimbangan untuk memudahkan praktiknya dan menghilangkan kesan bahwa lesson study sebagai suatu kegiatan yang rumit dan sulit dilakukan. Ketiga tahapan tersebut dilakukan secara berulang dan terus-menerus (siklus). Kegiatan utama yang dilakukan dalam masing-masing tahapan tersebut dapat dilihat pada Bagan 1 berikut ini.










Gambar 1: Daur Lesson study yang Terorientasi pada Praktik (Saito, 2005)

Tahap perencanaan (Plan) bertujuan untuk menghasilkan rancangan pembelajar¬an yang diyakini mampu membelajarkan peserta didik secara efektif serta membang¬kitkan partisipasi aktif peserta didik dalam pembelajaran. Perencanaan yang baik tidak dapat dilakukan secara sendirian. Pada tahap ini beberapa pendidik dapat berko¬laborasi untuk memperkaya ide terkait dengan rancangan pembelajaran yang akan di¬ha-silkan, baik dalam aspek pengor¬ga¬ni¬sa¬sian bahan ajar, aspek pedagogis, maupun aspek penyiapan alat bantu pem¬belajaran. Sebelum ditetapkan sebagai hasil final, semua komponen yang tertuang dalam rancangan pembelajaran dicobaterapkan (disimu¬lasikan). Pada tahap ini juga ditetapkan prosedur pengamatan termasuk ins¬trumen yang diperlukan.
Tahap pelaksanaan (Do) dimaksudkan untuk menerapkan rancangan pembe¬lajar¬an yang telah dirumuskan pada tahap sebelumnya. Salah satu anggota (guru/dosen) bertindak sebagai ”guru model” sedangkan yang lain bertindak sebagai peng¬a¬mat (observer). Pengamat lainnya (selain anggota kelompok perencana) juga dapat bertindak seba¬gai observer. Fokus pengamatan diarahkan pada aktivitas belajar peserta didik dengan berpedoman pada prosedur dan intrumen pengamatan yang telah disepakati pada tahap perencanaan, bukan untuk mengevaluasi penampilan guru (dosen) yang sedang bertugas mengajar. Selama pembelajar¬an berlangsung, pengamat tidak boleh meng¬ganggu atau mengintroduksi kegiatan pem¬bela¬jaran. Pengamat juga dapat melakukan perekaman kegiatan pembelajaran melalui video camera atau foto digital untuk keperluan doku¬men¬tasi dan atau bahan diskusi pada tahap berikutnya, atau bahkan untuk kegiatan penelitian. Kehadiran pengamat di dalam ruang kelas disamping mengumpulkan infor¬masi juga dimaksudkan untuk belajar dari pembelajaran yang sedang berlang¬sung.
Tahap refleksi (See) dimaksudkan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksananaan pembelajaran. Guru atau dosen yang telah bertugas sebagai pengajar mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan-kesan dalam melaksanakan pembelajaran. Kesempatan berikut¬nya diberikan kepada anggota kelompok perencana yang dalam tahap do bertindak sebagai pengamat. Selanjutnya pengamat dari luar diminta menyampaikan komentar dan lesson learned dari pembelajaran terutama berkenaan dengan aktivitas peserta didik. Kritik dan saran disampaikan secara bijak tanpa merendahkan atau menyakiti guru demi perbaikan. Sebaliknya, pihak yang dikritik harus dapat menerima masukan dari pengamat untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. Berdasarkan masukan dari diskusi ini dapat dirancang kembali pembelajaran berikutnya yang lebih baik.

C. Alasan Digunakannya Lesson Study
 Mengapa menggunakan lesson study dan bagaimana lesson study dapat membawa pada perbaikan kualitas pembelajaran dan pendidikan secara lebih luas? Menurut Lewis (2002) di Jepang lesson study tidak hanya memberikan sumbangan terhadap pengetahuan keprofesionalan guru, tetapi juga terhadap peningkatan sistem pendidikan yang lebih luas. Lewis (2002) menguraikan ada lima jalur yang dapat ditempuh lesson study, yakni: (1) membawa tujuan standard pendidikan ke alam nyata di dalam kelas, (2) menggalakkan perbaikan dengan dasar data, (3) mentargetkan pencapaian berbagai kualitas siswa yang mempengaruhi kegiatan belajar, (4) menciptakan tuntutan mendasar perlu peningkatan pembelajaran, dan (5) menjunjung tinggi nilai guru.

Lewis, Perry dan Murata (2006) telah mengembangkan tabel atau bagan untuk menjelaskan tentang mekanisme lesson study dapat meningkatkan kualitas pembelajaran (Lihat Bagan 2). Sementara Stepanek (2003) menjelaskan bahwa lesson study dapat membantu para guru untuk melihat kelas atau pembelajarannya melalui “kacamata” penelitian. Proses tersebut berpotensi untuk mengubah sekolah menjadi tempat di mana guru dapat meneliti dan memverifikasi apa yang dikerjakan untuk murid- muridnya. Bahkan Stepanek juga mengatakan bahwa peta pendidikan berubah secara signifikan ia menuliskan lesson study pertama kali dalam Jurnal Northwest Teacher di Northwest-US.




 Hasil studi tentang kegiatan piloting pembelajaran MIPA dan lesson study selama masa implementasi program tindak lanjut IMSTEP 2004-2005 memaparkan adanya perubahan dalam praktik pengajaran matematika dan sains di Indonesia setelah dimulainya lesson study. Perubahan tersebut adalah: (1) perubahan dalam pemantapan dasar akademik pembelajaran, akibat dari jalinan antara guru dengan dosen-dosen dari universitas; (2) perubahan dalam struktur pembelajaran, ditunjukkan dengan digunakannya eksperimen atau aktivitas fisik/kerja, dan diskusi; (3) perubahan reaksi siswa selama dalam proses pembelajaran (Saito, 2005; Saito, Harun, dan Ibrohim, 2005; Saito, et al. 2006; Saito, et al. 2006a). Hasil monitoring dan evaluasi kegiatan piloting dan lesson study dalam pembelajaran biologi di sekolah menengah Kota Malang menunjukkan bahwa kegiatan ini dapat meningkatkan keprofesionalan guru serta meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran biologi. Di samping itu guru biologi menjadi lebih inovatif dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Di samping itu, hasil belajar siswa meningkat, ditandai dengan peningkatan hasil biologi siswa, dari 72% siswa yang mendapatkan nilai di atas 60 menjadi 97% siswa (Sulasmi dan Rahayu, 2006).
 Bukti lain yang menunjukkan keunggulan dari lesson study dilaporkan oleh Sumarna (2006) bahwa pelaksanaan lesson study berbasis sekolah membawa manfaat di antaranya: 1) Guru biologi menjadi termotivasi dan bangkit untuk membuat inovasi dalam pembelajarannya sehingga tercipta pembelajaran yang aktif, komunikatif, dan menyenangkan. Motivasi guru ini tumbuh karena adanya kerjasama yang positif, akademis, sinergis, dan kolaboratif di antara guru dalam kelompok MGMP sekolah; 2) Adanya persiapan pembelajaran yang lebih baik dari guru biologi, baik persiapan mental, administrasi, dan penguasaan materi pelajaran; 3) Guru biologi menjadi terdorong untuk belajar lebih banyak dalam hal materi, pemilihan strategi dan penggunaan model pembelajaran yang tepat demi kesuksesan pembelajarannya.
 Liliasari (2008) menjelaskan bahwa Lesson study telah meningkatkan kemampuan guru menyusun model pembelajaran dan keakuratan pengelolaan waktu untuk pengajaran. Selain lesson study juga meningkatkan keterbukaan dan dalam mengobservasi dan mengkritisi pembelajaran. Menurut Ibrohim (2008) kegiatan lesson study dalam Program SISTTEMS telah meningkatkan keefektivan dan intensitas kegiatan MGMP MIPA di Kabupaten Pasuruan. Selain itu kegiatan lesson study juga telah mengindikasi dapat menyebabkan peningkatan kompetensi guru MIPA, mulai dari penguasaan materi ajar, kemampuan mempersiapkan, melaksanakan, mengobservasi pembelajaran dan merefleksikannya. Hasil penelitian seorang pengawas sekolah di Sumedang (Kusdijantono, 2008) menunjukkan hasil-hasil sebagai berikut: (1) Lesson study yang diterapkan di Kabupaten Sumedang telah mampu mengoptimalkan guru dalam melaksanakan tugas dalam pembelajaran; (2) Mengoptimalkan hak belajar siswa dalam kelas; (3) Peran pengawas sebagai seorang observer lebih teraktualisasi.
 Serangkaian kegiatan, mulai dari tahap plan sampai see, dilakukan secara kola¬bo¬ratif. Hal ini secara nyata telah menghasilkan dampak sosiologis yang sangat positif. Kolegialitas antarpendidik dapat terbina dengan baik, tidak ada pendidik yang merasa lebih tinggi atau lebih rendah. Mereka juga berbagi pengalaman dan saling belajar. Dengan demikian, melalui serangkaian kegiatan dalam rangka lesson study ini terbentuk atmosfer akademik yang kondusif bagi terciptanya mutual learning (saling belajar). Pada prinsipnya, semua orang yang terlibat dalam lesson study harus mem¬peroleh lesson learned. Dengan demikian lesson study sangat potensial untuk membangun learning community.

F. EVALUASI
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban singkat dan sistematis berdasarkan pemahaman Saudara. Setelah itu cobalah untuk meminta teman memeriksa jawaban tersebut. Berapa persen Saudara dapat mejawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
1. Jelaskan pengertian lesson study secara konseptual!
2. Jelaskan, apa sesungguhnya yang dimaksud dengan lesson study secara praktis?
3. Sebutkan prinsip penting dalam lesson study!
4. Sebutkan tahap-tahap dalam melaksanakan lesson study!
5. Jelaskan apa pentingnya lesson study dalam pengembangan kompetensi dan profesionalisme guru atau pendidik!









BAGIAN III
MERANCANG PEMBELAJARAN DALAM LESSON STUDY

A. Pengantar
Sebagaimana di jelaskan dalam bagian sebelum, bahwa tahap pertama pelaksanaan lesson study adalah merancang pembelajaran. Kegiatan merancang pembelajaran sebaiknya dilakukan secara kolaboratif dalam kelompok kerja (KKG/MGMP). Hal ini penting agar masing-masing guru , khususnya yang merasa kurang mampu, dapat saling belajar dengan yang lain. Ini adalah bagian dari esensi dari lesson study, yakni kolaboratif dan kolegialitas.
Rencana pembelajaran disusun sebagai persiapan pelaksanaan pembelajaran yang diobservasi atau biasa disebut dengan open class atau open lesson. Rencana pembelajaran atau secara lebih spesifik disebut skenario pembelajaran yang akan digunakan oleh guru model disusun berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi kelas atau siswa yang akan dibelajarkan. Oleh karena itu sebelum menyusun skenario pembelajaran, sebaiknya calon guru model memaparkan secara terbuka situasi dan kondisi siswanya dan fasilitas-fasilitas pendukung kegiatan belajar. Hal ini penting agar rencana pembelajaran yang disusun dapat dilaksanakan secara efesien dan efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Modul ini akan memberikan arahan secara ringkas cara menyusun rencana pembelajaran untuk persiapan pelaksanaan open class atau pembelajaran yang diobservasi.

B. Tujuan
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai setelah mempelajari bagian ini adalah para guru dapat:
1. Menjelaskan pentingnya penyusunan rencana pembelajaran sebelum pelaksanaan open class.
2. Menyebutkan langkah-langkah penyusunan rencana pembelajaran untuk open class dalam lesson study.
3. Menyebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana pembelajaran yang baik.
4. Menyusun rencana pembelajaran yang operasional untuk mencipatakan pembelajaran yang efektif.

C. Bahan, Alat dan Sumber Belajar
Bahan dan sumber belajar yang diperlukan untuk melakukan kegiatan ini antara lain:
1. Dokumen Lampiran Permen Diknas 23 Tahun 2006 (Standar Kompetensi)
2. Silabus
3. Buku ajar (Paket)
4. Buku rujukan lain yang dianggap perlu
5. Alat atau media pembelajaran yang mendukung rencana pembelajaran.
6. Komputer/Laptop (jika ada, untuk mengetik RPP dan perangkat lainnya)

D. Langkah Kegiatan Belajar
Untuk mempelajari tentang konsep dan prinsip lesson study dapat dilakukan secara berkelompok di KKG/MGMP atau secara individual dan mandiri. Jika dilakukan secara berkolompok di KKG/MGM maka ikutilah langkah berikut ini.




























E. Bahan Bacaan
Untuk membantu memahami rambu-rambu secara garis besar penyusunan rencana pembelajaran (lesson plan) untuk kegiatan lesson study atau khususnya open class dapat mempelajari artikel/penjelasan berikut ini.







A. RASIONAL
Lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui peng-kajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip kolegalitas dan mutual learning. Lesson study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu plan (merencanakan), do (melaksanakan), dan see (merefleksikan) yang secara bersiklus dan berkelanjutan. Lesson study merupakan salah satu wujud pengembangan komunitas belajar (learning community)
Secara singkat, lesson study bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pengkajian pembelajaran. Pengkajian pembelajaran yang telah dirancang secara kolaboratif atau individual oleh guru/dosen model dimaksudkan untuk mengases dan mengevaluasi efektivitas dan efesiensi pembelajaran. Jika kegiatan lesson study dilakukan secara berkala dan berkelanjutan maka diharapkan akan dapat meningkatkan keprofesionalan secara bertahap, khususnya yang terkait dengan kompetensi profesional dan pedagogis. Hal ini dapat terjadi karena dalam kegiatan lesson selalu terjadi kolaborasi dan sharing mulai dari tahap perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang diobservasi (open lesson/open class), sampai refleksi dan revisi rencana pembelajaran.
Sesungguhnya inti dari kegiatan lesson study adalah apabila guru atau dosen mau membuka kelas (pembelajaran) untuk diamati oleh sejawat atau komponen stakeholders pendidikan yang lainnya, kemudian direfleksi. Untuk melaksanakan open lesson diperlukan persiapan, yakni menyusun rencana pembelajaran (lesson plan) dengan perangkat-perangkat lainnya. Selain itu untuk pelaksaan obervasi dan refleksi diperlukan beberapa kelengkapan lainnya. Dalam modul singkat ini akan diuraikan rambu-rambu dalam mempersiapkan pelaksanaan open lesson, khususnya dalam penyusunan rencana pembelajaran (lesson plan).

B. LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN
 Dalam praktik pelaksanaan lesson study yang dikembangkan oleh Program SISTTEM (2006 -2008), dan PELITA (2009-2012) bersama JICA wujud dari lesson plan yang disusun oleh guru di MGMP antara lain berupa RPP dan perangkat pembelajaran lainnya. Langkah penyusunan rencana pembelajaran tersebut antara lain dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Penyusunan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
RPP disusun oleh guru-guru di KKG/MGMP di bawah koordinasi guru fasilitator /pemandu. Jika ada pendamping dari pihak yang lebih berkompeten, seperti: dosen, pengawas sekolah, kepala sekolah, atau guru inti maka diharapkan hasilnya lebih baik. Tahap-tahap penyusunan RPP dalam tahap perencaan pembelajaran (plan) antara lain:
a. Pemilihan topik pembelajaran
Pemilihan topik didasarkan atas pertimbangan tingkat kesulitan materi ajar atau kesulitan untuk mengajarkannya (membelajarkan), atau berdasarkan urutan materi yang telah dituangkan dalam Program Semester (Promes) dan silabus.
b. Menganalisis isi kurikulum atau silabus.
Mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar, dan silabus yang telah disusun sebelumnya oleh sekolah/guru.
c. Penetapan indikator dan tujuan pembelajaran untuk topik yang dipilih.
d. Penetapan pendekatan/motode dan startegi pembelajaran
Pemilihan metode dan strategi pembelajaran didasarkan pada karakteristik materi ajar, tingkat kemampuan berpikir siswa (karakteristik siswa yang akan diajar), ketersedian sarana dan prasarana pendukung dan media, serta masalah-masalah pembelajaran yang sering dihadapi oleh guru pada pembelajaran topik tersebut berdasarkan pengalaman sebelumnya.
e. Penyusunan skenario pembelajaran
Setelah ditetapkan metode dan strategi pembelajaran selanjutkan akan disusun langkah-langkah pembelajaran, mulai dari tahap awal (apersepsi dan motivasi), langkah-langkah kegiatan ini, dan penutup (pemantapan, konsulidasi, aplikasi).
f. Penulisan RPP sesuai format yang tetapkan atau disepakati.

Semua tahapan pelaksanaan penyusunan RPP dari mulai memilih topik sampai penyusunan skenario pembelajaran dilakukan dalam bentuk diskusi yang dipimpin oleh fasilitator atau guru pemandu.

2. Penyusunan Perangkat Pendukung Pembelajaran
Perangkat-perangkat pendukung yang umumnya dibuat untuk mengefektifkan kegiatan pembelajaran antara lain berupa: LKS (jika diperlukan), instrumen asesmen dan evlauasi, bahan ajar (bacaan), dan media pembelajaran.
a. Lembar Kerja Siswa
LKS dibuat sedemikian rupa agar dapat menjadi pendaun kerja/belajar siswa. LKS yang diharapkan adalah LKS yang menuntut kemampuan siswa berpikir kritis, analitis, kreatif dan menemukan atau memahami konsep-konsep yang dipelajari. Dalam menyusun LKS , sebaiknya isi LKS tidak hanya menuntut siswa mengisi titik-titik atau isian singkat yang bersifat informatif belaka. Jika mungkin upayakan LKS berisi-kasus yang harus dipecahkan siswa melalui diskusi dalam kelompoknya atau berupa arahan melakukan percobaan/praktikum. Jika kegiatan belajar dilakuka dalam bentuk kerja kelompok maka harus dpastikan bahwa pertanyaan atau permasalahan yang harus dipecahkan siswa benar-benar menuntut siswa berdiskusi dalam kelompoknya. Sebab, jika pertanyaan dalam LKS terlau sederhana dan bisa diisi siswa tanpa harus kerja kelompok, maka siswa akan cenderung bekerja individual.

b. Instrumen Asesmen atau Evaluasi
Dalam pembelajaran sangat dianjurkan guru atau observer melakukan asesmen terhadap proses dan hasil belajar siswa, baik yang bersifat kognitif, psikomotorik, atau afektif. Pengukuran terhadap aspek kognitif sudah biasa dilakukan guru dalam bentuk tes tulis atau lisan, yang umumnya guru menyebab dengan tes evaluasi. Tes evaluasi harus benar-benar mengacu atau mengukur tujuan belajar yang telah ditetapkan. Sementara itu, aspek afektif dan psikomotorik diperlukan proses pengukuran/pengamatan dengan menggunakan suatu instrumen yang dilengkapi observasi yang dilengkapi pedoman dan rubriknya. Jika hal ini dianggap perlu dan bisa dilakukan sebaiknya instrumennya juga dikelambangkan pada saat perencanaan (plan). Jika memungkinkan disarankan untuk menggunakan instrumen yang baku atau instrumen yang telah diujicoba (validitas dan reliabilitas).

c. Bahan bacaan
Jika buku sumber atau buku paket tidak tersedia, maka sebaiknya juga menyusun atau menyediakan bahan bacaan yang ditulis oleh guru untuk menjadi sumber belajar siswa. Bahan bacaan dapat diambil dari buku sumber/buku paket, majalah, ensiklopedi atau sumber lainnya yang relevan, dan mudah diakses/ditemukan oleh siswa. Jika tidak demikian maka guru harus mengupayakannya.

d. Media
Media pembelajaran alat bantu belajar yang mengandung pesan konsep yang akan dipelajari siswa. Misalnya, menggunakan gunting untuk belajar konsep pesawat sederhana atau titik tumpu, gambar cerobong pabrik dengan asap yang mengepul untuk contoh pencenaran udara, dsb. Sedapat mungkin guru mengupayakan adanya media belajar yang mendukung agar mempermudah memahami konsep, terutama yang bersifat abstrak. Untuk penggunaan media atau alat yang bersifat rumit maka sebaiknya alat atau media tersebut dicoba dulu bersama pada saat tahap perencanaan tersebut. Hal ini penting untuk memastikan bahwa alat/media dalam kondisi siap pakai dan akan menghasilkan data hasil amatan atau percobaan yang memadai dan akurat.

Semua kegiatan tersebut dilakukan dalam forum diskusi dan bekerja di dalam forum pertemuan KKG/MGMP. Namun demikian sesungguhnya tidak salah seandainya ada calon guru model yang menyusun dan mempersiapkan sendiri lesson plan yang akan dipakai dalam open class, jika ia merasa mampu dan/atau waktu kolaborasi yang tidak memungkinkan.



F. EVALUASI
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban singkat dan sistematis berdasarkan pemahaman Saudara. Setelah itu cobalah untuk meminta teman memeriksa jawaban tersebut. Berapa persen Saudara dapat mejawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Untuk tugas yang diberikan, lakukanlah secara sabar sebagai sarana untuk berlatih.
1. Jelaskan pentingnya penyusunan rencana pembelajaran sebelum pelaksanaan open class!
2. Sebutkan langkah-langkah penyusunan rencana pembelajaran yang lengkap dan operasional!
3. Sebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana pembelajaran yang baik!

TUGAS
Susunlah rencana pembelajaran yang operasional untuk persiapan open calss, dengan memilih salah satu topik pembelajaran yang akan Anda laksanakan pembelajaran di kelas Saudara. Lengkapi rencana pembelajaran tersebut dengan perangkat pembelajaran pendukung yang diperlukan.



UNIT III
MELAKSANANAAN PEMBELAJARAN YANG DIOBSERVASI (OPEN LESSON)

A. Pengantar
Bagian yang sangat penting dari kegiatan lesson study adalah tahap pelaksanaan pembelajaran dan observasi pembelajaran atau biasa disebut open class atau open lesson. Karena sesungguhnya, tahap pelaksanaan pembelajaran merupakan tahap untuk membuktikan, apakah rencana pembelajaran yang telah disusun dengan cermat dan mempertimbangkan berbagai aspek pembelajaran dapat menghasil proses pembelajaran yang efektif dengan hasil belajar siswa yang maksimal.
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini para observer atau pengamat, yakni anggota KKG/MGMP, kepala sekolah, pengawas sekolah atau komponen yang lain, dapat menemukan berbagai hal yang terkait dengan aktivitas belajar siswa. Observer harus melakukan pengamatan secara cermat terhadap setiap langkah aktivitas belajar siswa, sehingga dapat menemukan hal-hal menarik dalam aktivitas belajar, baik bersifat positif (mendukung) atau negatif (tidak mendukung) proses pembelajaran. Fakta-fakta harus di catat oleh pengamat dengan menyertakan bukti autentik, yakni nama siswa dan momen lain yang menyertainya. Sebagai contoh: Adi melamu dan tidak memperhatikan penjelasan guru saat guru mengawali kegiatan belajar; Yanti bermain-main alat percobaan ketika teman-teman di kelompoknya sedang asyik melakukan pengamatan.
Dengan langkah-langkah pembelajaran yang dibuat oleh guru, sebagaimana yang tertuang dalam skenario, apakah setiap siswa telah belajar secara sungguh-sunguh, melakukan aktivitas fisik dan mental (berpikir), dan kemudian berhasil memahami atau menemukan konsepnya? Harus diingat bahwa, di dalam pembelajaran tugas seorang guru adalah melayani hak belajar setiap siswa. Itu artinya, setiap siswa di kelas harus dapat belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing untuk dapat memahami materi pelajaran atau menemukan konsepnya. Hal ini berarti pula guru harus membantu, memfasilitasi, membimbing siswa agar dapat belajar. Di dalam membantu siswa, sangat diharapkan guru melibatkan siswa lain yang lebih mampu untuk membantu temannya. Inilah yang disebut collaborative learning.
Apa yang seharusnya dilakukan oleh guru model dalam melaksanakan pembelajaran (open class) dan apa yang seharusnya dilakukan oleh guru dalam mengamati pembelajaran akan diberikan panduan dalam modul ini.

B. Tujuan
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai setelah mempelajari bagian ini adalah para guru dapat:
1. menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan open class,
2. melaksanakan pembelajaran (open class) secara efesien dan efektif,
3. melaksanakan observasi pembelajaran secara cermat.

C. Bahan, Alat dan Sumber Belajar
Bahan dan sumber belajar yang diperlukan untuk melakukan kegiatan ini antara lain:
1. RPP dan perangkat pembelajaran pendukung
2. Media pembelajaran yang diperlukan
3. Lembar observasi pembelajaran

D. Langkah Kegiatan Belajar
Untuk dapat melaksanakan pembelajaran di kelas (bagi guru model) dan melakukan pengamatan pembelajaran secara cermat (bagi observer) ikutilah langkah belajar berikut ini.





















E. Bahan Bacaan untuk Fasilitator
Untuk mempersiapkan pelakasanaan pembelajaran yang diobservasi (open class), serta untuk dapat melakukan observasi secara tertib bacalah artikel singkat tentang rambu-rambu open class dan observasi pembelajaran berikut ini.




Secara prinsip tidak ada beda antara pembelajaran rutin dengan pembelajaran dalam konteks open class. Namun karena pembelajaran dalam konteks open class ada pengamatan dan refleksi maka diperlukan perangkat dan pengaturan khusus dalam pelaksanaan pembelajaran. Perangkat pendukung kegiatan open class atara lain berupa denah tempat duduk siswa/mahasiswa, lembar observasi, perekam kegiatan belajar, rambu-rambu observasi dan refleksi.

1. Setting Kelas
 Dalam kegiatan open class hadir sejumlah pengamat (observer) . Jumlah observer yang melakukan pengamatan tidak ada ketentuan minimal atau maksimal. Yang menjadi pertimbangan adalah ketersediaan ruang (space) kelas yang sesuai untuk sejumlah pengamat. Yang pokok, bahwa para pengamat dapat mengamati secara leluasa dan dapat mendekat ke siswa, agar dapat mengamati dan mendengarkan dengan jelas apa saja yang dilakukan dan dibicarakan siswa dalam belajar. Apakah tingkah laku siswa tersebut terkait atau mendukung efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran? Oleh karena itu ruang kelas harus ditata sedemikian rupa agar proses open class berjalan lancar.
 Beberapa rambu-rambu yang harus diperhatikan antara lain:
1. Ruang kelas yang dipakai harus disesuaikan dengan jumlah observer yang akan hadir atau sebaliknya jumlah observer dibatasi sesuai dengan ukuran kelas dan jumlah siswa;
2. Prinsipnya; observer memiliki ruang untuk berpindah dari satu sisi ke sisi yang lain untuk mendekat ke siswa yang sedang dalam fokus pengamatannya dengan tanpa menganggu siswa atau guru;
3. Jika pembelajaran dilaksanakan dalam setting kerja kelompok, maka harus ada ruang bagi dosen dan observer untuk mendekati siswa dan dapat berpindah dari satu kelompok ke kelompok yang lain;
4. Jumlah siswa dalam kelompok sebaiknya tidak lebih dari 4 orang dengan komposisi yang heterogen dari aspek kemampuan dan gender.

2. Denah tempat duduk siswa
Dalam kegiatan observasi pembelajaran para pengamat (observer) harus dapat dengan memudah mengamati fakta/peristiwa belajar yang terjadi dan dengan mudah mengenali setiap siswa. Oleh karena itu jika siswa dirancang akan melakukan pembelajaran dalam bentuk kerja kelompok, maka sebaiknya ada denah tempat duduk atau kelompok kerja, yang antara lain berisi gambar/denah, nomor dan nama siswa.

3. Lembar Observasi
Pada dasarnya observasi dalam konteks lesson study difokuskan pada aktivitas belajar siswa, dan bukan pada langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Walaupun sesungguhnya apa yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan belajar terkait dengan langkah-langkah yang dilakukan guru dalam mengajar. Lesson study bukan microteaching atau peer teaching. Hal ini perlu ditegaskan mengingat seringkali pada saat refleksi para observer lebih banyak mengomentari bahkan mengkritik langkah-langkah pembelajaran yang dibuat oleh guru dari pada aktivitas dan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu agar observasi terarah pada aspek-aspek yang harus diamati diperlukan lembar observasi.
Pada dasarnya lembar observasi yang pernah digunakan dalam kegiatan lesson study dipergunakan oleh para guru atau observer yang sedang dalam proses belajar mengamati pembelajaran. Hal ini dilakukan agar pengamatan lebih terarah. Namun ketika sudah terampil atau mahir dalam observasi cukup menggunakan buku catatan kosong sebagai alat perekam. Contoh lembar observasi yang pernah digunakan dapat dilihat seperti di bawah ini.
 
4. Perekam Kegiatan Belajar
Fakta-fakta atau peristiwa belajar yang menarik dapat direkam dalam bentuk catatan anekdotal atau direkam melalui kamera foto atau video (jika ada). Selain sebagai alat dokumentasi, rekaman video atau foto dapat digunakan sebagai bukti otentik yang akan dirunjuk atau dikemukakan pada saat refleksi. Namun demikian perekaman tidak menjadi suatu keharusan.
5. Rambu-rambu Observasi
Bagi para pengamat pembelajaran pemula dalam kegiatan lesson study diperlukan rambu-rambu agar dapat melakukan observasi dengan tepat dan cermat. Dalam rambu-rambu observasi akan dijelaskan antara lain tentang: dimana sebaiknya posisi observer pada saat mengamati kelas, bagaimana cara mengamati.



LEMBAR OBSERVASI PEMBELAJARAN
DALAM KEGIATAN LESSON STUDY

Tanggal: ....... ....................... 2009

A. Apakah semua siswa/mahasiswa benar-benar telah belajar tentang topik pembelajaran hari ini? Bagaimana proses mereka relajar? (disertai fakta konkrit dan alasannya)




B. Siswa/mahasiswa mana yang tidak dapat mengikut kegiatan pembelajaran pada hari ini?
(harus didasarkan pada fakta konkrit yang diamati dengan disertai nama siswa)




C. Mengapa siswa tersebut tidak dapat belajar dengan baik? Menurut Anda apa penyebabnya dan bagaimana alternatif solusinya menurut Anda?
(disertai alasan, analisis yang mendalam, dan jika mungkin dasar rujukan yang sesuai)





D. Bagaimana usaha guru/dosen dalam mendorong siswa/mahasiswa yang tidak aktif untuk belajar?




E. Pelajaran berharga apa yang dapat Anda petik dari pengamatan pembelajaran hari ini?




Catatan: Aspek-aspek lain yang dapat dicermati oleh observer antara lain: interaksi antar siswa-siswa dalam satu kelompok, siswa-siswa antar kelompok, siswa - guru, siswa - media/sumber belajar, siswa – lingkungan.
Guru Model/ Kelas /Sekolah: ____________________ / _________ / ___________
Nama Observer : _______________ Jabatan: Guru / KS / Pengawas / Dosen / ......

PANDUAN PENGAMATAN PEMBELAJARAN (OBSERVASI)
DALAM KEGIATAN LESSON STUDY

A. SEBELUM PENGAMATAN
 Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum kegiatan pembelajaran dan pengamatan dimulai.
1. Pengamat dan undangan lainnya hendaknya datang paling lambat 5 menit sebelum pembelajaran dimulai
2. Kedatangan tamu di sekolah hendaknya tidak mengganggu konsentrasi belajar siswa di kelas masing-masing. Karena itu tamu hendaknya tenang, bila berbicara jangan menimbulkan kebisingan di sekolah
3. Siapkan lembar observasi atau buku catatan dan pena. Jika memungkinkan setiap peserta lesson study memperoleh RPP, LKS atau perangkat pembelajaran lainnya yang telah diperbanyak untuk para pengamat.
4. Denah tempat duduk siswa dan nomor atau nama siswa perlu disiapkan untuk mempermudah proses pengamatan. Denah tempat duduk yang dilengkapi dengan nama siswa dibuat dalam selembar kertas untuk diperbanyak dan dibagikan pada seluruh pengamat yang datang.
5. Jika Anda membawa HP, setel ke profile silent (bisu) atau getar supaya nada panggil tidak berbunyi. Perlu dihindari mengirim atau menerima telepon kecuali untuk hal-hal terpaksa. Juga dihindari kesibukan mengirim sms.
6. Usahakan untuk tidak membawa makanan dan tidak merokok di dalam ruangan/kelas.
7. Pastikan agar pada waktu pengamatan nanti tidak diganggu perasaan ingin buang hajat. Buang air kecil/besar hendaknya dilakukan sebelum pembelajaran.

B. PADA WAKTU MENGAMATI PROSES PEMBELAJARAN
1. Semua peserta segera memasuki kelas dengan tertib pada waktu yang ditentukan.
2. Begitu memasuki ruangan semua peserta dan undangan hendaknya tidak lagi berkeinginan keluar masuk kelas. Tetaplah berada di dalam kelas dan bersiap mengamati siswa belajar.
3. Segera menempati posisi sedemikian sehingga dapat memperhatikan perubahan wajah dan gerak-gerik siswa ketika belajar. Posisi yang ideal adalah dihadapan siswa. Namun jika siswa berdiskusi saling berhadapan, posisi yang ideal adalah di samping kelompok
4. Pada awalnya, setiap pengamat berlatih mengamati satu kelompok. Kelak jika sudah lebih dari 5 kali pengamatan, pengamat dapat mengamati beberapa kelompok lain sehingga dapat mengetahui atmosfir kelas secara keseluruhan
5. Tidak membantu guru dalam proses pembelajaran dalam bentuk apapun. Misalnya ikut membagikan LKS, menenangkan siswa, dan lain-lain. Biarlah guru melakukan tugasnya secara mandiri dan terbebas dari intervensi siapapun.
6. Tidak membantu siswa dalam proses pembelajaran, misalnya mengarahkan pekerjaan siswa. Jika siswa bertanya kepada Anda (sebagai pengamat), katakan agar siswa bertanya langsung pada guru.
7. Tidak mengganggu pandangan guru/siswa selama pembelajaran. Jika Anda sedang mendekati kelompok atau berada di tengah-tengah kelas, kemudian tiba-tiba guru ingin memberikan arahan secara klasikal maka segeralah menepi agar tidak mengganggu pandangan siswa.
8. Tidak mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar, misalnya berbicara dengan pengamat lain, keluar masuk ruangan.
9. Jika menggunakan kamera untuk mengambil gambar kegiatan belajar (guru/siswa) lampu kilat (flash) hendaknya dimatikan. Kilatan lampu kamera dapat mengganggu atau menghentikan konsentrasi belajar siswa.
10. Tidak makan, minum, dan merokok di dalam ruangan pembelajaran.
11. Ingat, fokuskan pengamatan pada siswa belajar, bukan hanya pada guru yang mengajar. Gunakan lembar pengamatan yang tersedia. Jika fenomena yang diamati tidak tercantum dalam lembar observasi, pengamat dapat menambahkannya.
12. Pengamat melakukan pengamatan secara penuh sejak awal sampai akhir pembelajaran.
13. Selain mengamati siswa belajar, pengamat juga perlu memperhatikan:
a) Teknik pengelolaan kelas yang dibuat oleh guru
b) Bagaimana guru mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran?
c) Bagaimana guru memanfaatkan media pembelajaran sederhana dari lingkungan?
d) Bagaimana upaya guru membuat siswa kreatif?

Catatan Penting:
Seringkali pejabat beranggapan bahwa kegiatan buka kelas dan refleksi adalah kegiatan guru, karena itu hanya gurulah yang berhak melakukan secara intensif mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan refleksi. Namun sebenarnya tidaklah demikian. Agar dapat memahami dan menghayati bagaimana siswa belajar dan permasalahan apa saja yang bersangkutan dengan proses pembelajaran, maka semua yang berkepentingan dengan pendidikan (kepala sekolah, wakil, pengawas, Pimpinan dan Staf Dinas Pendidikan, dosen perguruan tinggi) ikut secara aktif terutama pada waktu pelaksanaan pembelajaran (obsevasi) dan refleksi. Pelaksanaan dan refleksi merupakan inti dari SP. Di kedua tahapan (observasi dan refleksi) itu kita dapat belajar bagaimana siswa belajar, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan apa saja yang diperlukan siswa dalam belajar. Di kedua tahapan itu kita juga dapat menjadi peneliti dengan jalan mengamati dan menganalisis, yang kemudian menyampaikan secara lisan pada waktu diskusi refleksi. Sekiranya pada waktu diskusi refleksi tidak dapat hadir, pengamat dapat menyerahkan catatan refleksinya untuk dibacakan moderator.
(Bacaan ini diambil dari Buku Lesson Study (Studi Pembelajaran) oleh Istamar Syamsuri dan Ibrohim, 2008)

F. EVALUASI
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban singkat dan sistematis berdasarkan pemahaman Saudara. Setelah itu cobalah untuk meminta teman memeriksa jawaban tersebut. Berapa persen Saudara dapat mejawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
1. Jelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan open class agar kegiatan berjalan lancar, efektif dan efisien!
2. Dimana sebaiknya pengamat mengambil posisi berdiri agar dapat melakukan pengamatan dengan jelas dan tidak menggangu siswa.
3. Mengapa pengamat tidak boleh intervensi kepada siswa atau guru model?
4. Jelaskan mengapa open class tidak sama dengan peer teaching atau microteaching!
5. Sebutkan rambu-rambu agar dapat melakukan pengamatan pembelajaran secara cermat dan efektif!

TUGAS:
 Lakukan kegiatan ini secara sungguh-sungguh sebagai sarana berlatih lesson study.
1. Lakukan sebuah pembelajaran yang diobservasi pada mata pelajaran yang Anda ampu! Mintalah teman sejawat atau anggota KKG/MGMP sebagai pengamat! Catat hasilnya dan laporkan pengalaman tersebut dalam pertemuan KKG/MGMP berikutnya.
2. Jika ada kegiatan pen class di sekolah atau di KKG/MGMP ikutilah dan jadialah observer yang baik. Catat semua temuan yang ada peroleh dari hasil pengamatan kegiatan belajar siswa!



UNIT IV
MELAKUKAN DISKUSI REFLEKSI

A. Pengantar
Kegiatan refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari lesson study. Bahkan dapat dikatakan keberhasilan sebuah kegiatan lesson study dapat dilihat dari kegiatan refleksinya. Sebuah pembelajaran yang sudah disusun skenarionya, dapat berhasil dilaksanakan di kelas atau sebaliknya tidak sepenuhnya berhasil. Perlu disadari, bahwa tidak ada pembelajaran yang sempurna. Kekurangan yang terjadi di sana sini atau tidak sesuai dengan skenario merupakan hal yang harus disadari. Karena sesungguhnya kelas (pembelajaran) merupakan sesuatu yang dinamis. Oleh karena itu tentu banyak hal menarik dalam kegiatan belajar yang dapat ditemukan dan dicatat oleh pengamat. Temuan-temuan tersebut akan menjadi bahan diskusi refleksi.
Kegiatan refleksi dalam lesson study dilakukan dalam bentuk diskusi. Diskusi dipimpin oleh seorang moderator dan dilakukan secara interaktif. Berdasarkan pengalaman melaksanakan forum diskusi refleksi pada tahap awal pengembangan lesson study, diskusi refleksi terkesan monotone, kurang interaktif dan efektif. Setiap observer terkesan hanya melaporkan temuan-temuannya tanpa disertai analisis yang mendalam dan alternatif solusi yang ditawarkan. Pengamat yang satu kurang peduli dengan komentar pengamat lainnya. Akibatnya kegiatan diskusi kurang efektif dalam menemukan masalah-masalah pembelajaran dan mencari pemecahannya.
Setelah pelaksanaan diskusi refleksi guru model dan para pengamat akan mendapatkan pengalaman-pengalaman atau pelajaran berharga yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas masing-masing. Bagi guru model kegiatan tindak lanjut yang dapat dilakukan adalah merevisi rencana pembelajaran berdasarkan masukan-masukan dari refleksi. Hasil revisi rencana pembelajaran dapat dipergunakan untuk pembelajaran di kelas paralel yang lain atau untuk pembelajaran tahun berikutnya. Demikian juga para pengamat juga dapat memnafaatkan rencana pembelajaran tersebut di kelasnya, tentu saja dengan modifikasi-modifikasi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas. Namun demikian, selain rencana pembelajaran yang telah digunakan dalam open class masih banyak pengalaman berharga lain yang dapat dipetik oleh setiap guru atau pengamat untuk memperbaiki pembelajaran di kelasnya atau menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan pendidikan di daerahnya.
Untuk berlatih melakukan diskusi refleksi dan menghindari terjadinya diskusi refleksi yang monoton, kurang interaktif dan efektif lakukan kegiatan pembelajaran dalam modul ini.

B. Tujuan
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai setelah mempelajari bagian ini adalah para guru dapat:
1. menjelaskan pentingnya kegiatan refleksi dalam lesson study,
2. menjelaskan rambu-rambu pelaksanaan refleksi yang interaktif dan efektif,
3. melaksanakan kegiatan diskusi refleksi yang interaktif dan efektif,
4. melakukan tindak lajut berdasarkan hasil refleksi.

C. Bahan, Alat dan Sumber Belajar
Untuk dapat melakasanakan kegiatan belajar atau berlatih memahami dan melaksanakan refleksi dalam lesson study perlu dipersiapak bahan-bahan berikut ini.
5. Catatan hasil observasi
6. Rambu-rambu refleksi (panduan diskusi refleksi)
7. Catatan untuk hasil diskusi
8. Ruang diskusi yang tempat diduduknya disusun dalam bentuk melingkar atau leter U sehingga semua pengamat dapat saling memperhatikan.
9. Papan tulis atau whitebord
10. Denah tempat duduk siswa yang pajang di depan forum
11. Rekaman kegiatan pembelajaran atau foto2 kegiatan belajar (jika tersedia)

D. Langkah Kegiatan Belajar
Untuk dapat belajar dan berlatih memahami dan melaksanakan diskusi refleksi dalam kegiatan lesson study ikutilah langkah belajar berikut ini.

























E. Bahan Bacaan
Berdasarkan pengalaman kegiatan diskusi refleksi merupakan bagian yang relatif sulit berkembang. Karena kegiatan refleksi berkaitan dengan keterampilan berbicara dan berdiskusi secara santun namun berarti. Oleh karena bagi yang baru belajar diperlukan rambu-rambu agar diskusi berjalan lancar, interaktif dan efektif. Komentar yang disampaikan dalam forum diskusi refleksi tidak hanya berupa kegiatan mengorek kekurangan guru atau kritik dan kemudian berlomba memberikan saran. Komentar dalam refleksi harus berupa penyampaian temuan fakta atau fenomena belajar siswa yang menarik (positif atau negatif) yang disertai analisis mendalam penyebab dan alternatif solusi untuk pemecahan masalahnya. Jalannya diskusi refleksi sangat ditentukan oleh kepiawaian moderator. Untuk dapat melakukan refleksi yang interaktif dan efektif perhatikan rambu-rambu berikut ini.




Berikut akan diuraikan hal-hal penting yang perlu diperhatikan oleh moderator dalam memimpin diskusi refleksi agar diskusi berlangsung kondusif, interaktif dan efektif. Namun demikian, perlu dipahami bahwa rambu-rambu ini hanyalah sebuah contoh berdasarkan pengalaman. Artinya pembaca diharapkan dapat mengembangkannya sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah masing-masing.

A. Membuka dan Mengawali Diskusi Refleksi
1) Moderator adalah ”orang kunci” yang dapat menghidupkan suasana diskusi.
2) Seorang moderator dalam diskusi refleksi lesson study bukan hanya harus pandai berbicara sesuai situasi, tetapi ia juga harus memahami isi setiap pembicaraan. Oleh karena itu moderator juga harus mengikuti dan mencermati semua situasi/kejadian pembelajaran yang akan direfleksikan.
3) Ketika mengawali dan membuka suasana diskusi, upayakan untuk menyegarkan suasana pertemuan, yang umumnya para observer dan peserta lesson study sudah mulai lelah karena sebelumnya berdiri lama dalam melakukan observasi. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan menyapa beberapa orang yang sudah dikenal atau mengenalkan beberapa orang peserta atau tamu yang belum dikenal peserta pada umumnya. Jangan lupa memberikan komentar awal yang arahnya memberikan penghargaan atau sanjungan untuk memberikan dukungan moral kepada guru model.
4) Sampaikan ucapan terima kasih kepada guru model atas sajian pembelajaran yang telah dibuat dan berikan penghargaan, misalnya berupa tepuk tangan dari semua peserta.

B. Refleksi Diri Guru Model
1) Pada saat memberi kesempatan guru model untuk menyampaikan refleksi, sampaikanlah rambu-rambu apa saja yang perlu diungkapkan oleh guru model, antara lain;
a. Guru tidak hanya mengungkapkan perasaan senang, sedih, bangga atau kurang puas dengan hasil mempraktikan skenario pembelajaran yang telah dirangcang/dipersiapkan.
b. Guru model perlu menyampaikan ringkasan alur langkah-langkah pembelajaran, terutama untuk mengulas hal-hal yang menarik, baik itu ketidak-terlaksanaan langkah-langkah pembelajaran maupun kasus-kasus menarik pada langkah tersebut.
c. Untuk melengkapi refleksi diri, guru model dapat menyebutkan kira-kira persentase ketercapaian skenario pembelajaran yang telah dibuat.

C. Membagi Termin dan Melaksanakan Diskusi
1. Agar diskusi lebih terfokus dan terarah, sebaiknya waktu diskusi dibagi menjadi beberapa termin dengan masing-masing termin mengacu pada permasalahan tertentu. Misalnya ada termin yang khusus membahas tentang:
• interaksi siswa-siswa dalam kelompok maupun dalam presentasi hasil diskusi/kerja kelompok,
• interaksi siswa dengan media belajar,
• interaksi siswa dengan guru,
• lompatan-lompatan belajar yang dibuat oleh beberapa siswa,
• pengalaman-pengalaman berharga yang dapat diperoleh dari kegiatan observasi,
• dan lain sebagainya.
Tema-tema tersebut dapat diatur secara fleksibel sesuai dengan situasinya.
2. Setelah termin diskusi dibuka, berikan kesempatan kepada beberapa orang untuk mengemukakan temuan hasil pengamatan yang menarik untuk diulas dan yang sesuai dengan tema termin diskusi. Komentar sebaiknya disertai dengan mengemukakan fakta atau data konkrit hasil pengamatan, misalnya dengan menunjukkan kelompok atau nama siswa. Kendalikan agar setiap orang menyampaikan komentar sesuai dengan tema dan dalam bahasa yang ringkas tapi jelas. Hindarkan uraian komentar yang berbelit-belit.
3. Di dalam menyampaikan temuan dari hasil observasi, sebaiknya guru tidak membaca catatan dalam lembar observasi secara keseluruhan, tetapi disarankan untuk memilih bagian catatan yang terkait dengan tema. Jika ada komentar yang mulai menyimpang dari tema, sebaiknya diingatkan untuk kembali menyampaikan komentar yang sesuai dengan tema yang didiskusikan.
4. Jika ada pertanyaan klarifikasi atau komentar dari peserta di luar tema atau di luar konteks lesson study maka moderator harus dapat mengisolir hal tersebut untuk tidak diteruskan, misalnya dengan cara mengatakan ”hal tersebut akan kita bahas di lain kesempatan”
5. Setelah seseorang atau beberapa orang menyampaikan komentar terkait dengan temuannya, moderator harus berusaha untuk menangkap esensi dan hal menarik yang perlu dibahas lebih jauh terkait dengan penyebab munculnya fenomena tersebut dan alternatif solusi yang diusulkan.
6. Setelah beberapa temuan menarik yang sejenis (sesuai tema) diungkapkan oleh beberapa observer, berikutnya lemparkan masalah tersebut kepada peserta yang lain untuk ditanggapi, terutama pada ulasan tentang kemungkinan penyebab munculnya fenomena tersebut dan kemungkinan alternatif solusinya.
7. Dalam memberikan masukan tentang alternatif solusi suatu permasalahan disarankan agar pengusul mendasarkan usulan tersebut pada pengalaman praktis di sekolah masing-masing atau rujukan teori atau kalangan pakar pendidikan.
8. Perhatian dan konsentrasi moderator harus selalu fokus pada setiap komentar yang disampaiakan peserta, dan selalu dapat berpikir ”Bagaimana membuat situasi diskusi lebih hidup, menarik, dan tidak membosankan. Jika ada ucapan dari observer atau kejadian-kejadian kecil tertentu yang memungkin dijadikan bahan ”jok-jok” atau humor maka upayakan untuk dimunculkan dengan sedikit ”dibumbui” agar menyegarkan suasana.
9. Upayakan untuk memberikan kesempatan yang merata kepada semua peserta diskusi. Oleh karena itu hindarkan adanya dominasi komentar atau bicara pada orang tertentu. Jika ingin membatasi komentar peserta yang terlalu panjang, maka sampaikanlah dengan bahasa yang halus, dengan sedikit gurauan atau permintaan maaf. Tunjuk atau mintalah kepada salah satu atau beberapa peserta yang kelihatan pasif untuk menyampaikan pendapat terkait dengan hal yang sedang dibahas, misalnya dengan meminta seseorang untuk berpendapat setuju atau tidak setuju terhadap pendapat yang lain.
10. Pada akhir setiap termin, moderator harus berusaha untuk memberikan ulasan singkat, semacam resume, dari hal yang didiskusikan pada termin tersebut. Hati-hati agar moderator tidak membuat kesimpulan yang merupakan jastifikasi yang paling benar, atau seolah-olah diskusi tersebut telah menghasilkan satu aturan yang berlaku umum. Biarlah kesimpulan akhir dirumuskan sendiri oleh masing-masing peserta dan menjadi ”good practices” yang akan dicoba untuk diimplementasikan di sekolah masing-masing sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
11. Setelah termin pertama selesai diskusi dilanjutkan ke termin berikutnya dengan tema atau fokus diskusi yang lain. Selesai dalam arti masalah yang muncul, kemungkinan penyebab dan alternatif solusinya telah dibahas secara tuntas. Begitu seterusnya sampai semua masalah yang muncul didiskusikan.
12. Pada setiap akhir termin moderator dapat memberikan kesempatan kepada guru model untuk memberikan tanggapan. Hindarkan tanggapan dari guru model yang terkesan ”terlalu membela diri” atau mencari pembenaran atas kejadian atau kekurangan yang ada.
13. Nara sumber (Dosen dan atau Guru Pamong) diberi kesempatan untuk menyampaikan komentar singkat terkait dengan fokus diskusi suatu termin, atau diberi kesempatan berkomentar pada akhir sesi sebelum refleksi ditutup. Sebaiknya diberikan tekanan pada narasumber hal penting yang diharapkan mendapatkan ulasan, selain ulasan yang telah dipersiapkan sendiri oleh narasumber.
14. Jika ada masukan yang sangat berarti untuk skenario pembelajaran atau perangkat pembelajaran, maka sarankan agar RPP segera direvisi oleh guru model atau oleh kelompok.


D. Mengakhiri Diskusi Refleksi
1. Sebelum menutup forum diskusi refleksi moderator dapat menyampaikan ringkasan atau penegasan tentang hal-hal penting yang telah didiskusikan.
2. Saat menutup jangan lupa menyampaikan ucapan terima kasih pada semua pihak yang telah berpartisipasi, misalnya kehadiran Dosen FMIPA UM, Guru Pamong, Kepala Sekolah, Pengawas, Dinas P dan K, dll.

(Bacaan ini diambil dari Buku Lesson Study (Studi Pembelajaran) oleh Istamar Syamsuri dan Ibrohim, 2008)

Selamat mencoba, mudah-mudahan lebih berhasil ...!